ABK dan Tantangan di Masa Remaja
Desi Hariana | 25 Januari 2022
Usia remaja memang merupakan tantangan tersendiri, terutama bagi ABK dan orangtua mereka. Tantangan di masa remaja bagi ABK sangat beragam, tergantung berbagai aspek, termasuk ringan atau beratnya spektrum autisme yang dihadapi. Dukungan dari keluarga, sekolah, dan lingkungan di sekelilingnya akan sangat membantu mereka mengatasi berbagai tantangan tersebut.
Tantangan fisik anak remaja dengan autisme
Pada masa remaja, anak mengalami berbagai perubahan fisik akibat perkembangan hormonalnya. Seksualitas di masa pubertas menjadi salah satu topik yang perlu dijelaskan dan diawasi pada remaja dengan autisme, misalnya:
- Membedakan mana sentuhan yang pantas dan tidak pantas.
- Memintanya menceritakan pada orang dewasa jika mendapat sentuhan atau sikap yang tak pantas dari orang lain.
- Mengatasi perubahan fisik yang dialami (termasuk menstruasi bagi remaja perempuan).
- Menjaga batasan sentuhan fisik dengan orang lain.
- Menahan diri untuk tidak menyentuh diri sendiri.
Saat menjelaskan berbagai hal ini pada ABK, gunakan bahasa yang konkrit dan tidak menggunakan perumpamaan. Hal tersebut hanya akan membuatnya kebingungan.
Tantangan di bidang intelektual pada remaja dengan autisme
Kebanyakan penderita autisme memiliki kecerdasan yang normal atau bahkan di atas rata-rata. Namun sekitar 30% diantaranya memang mengalami tantangan intelektual dan gangguan belajar. Remaja dengan autisme biasanya mengalami kesulitan dalam memahami apa yang ia baca, diskusi langsung, menulis, dan berpikir secara analitis.
Bagi orangtua, terapis, maupun guru yang sudah memahami hal ini dapat membantu dengan membuat IEP (individualized educational plan) atau rencana pendidikan individual, antara lain:
- Mengikuti kurikulum dan kelas umum dengan bantuan seorang tutor.
- Mengikuti kurikulum umum namun di kelas kelas khusus yang lebih sesuai dengan kemampuannya dalam belajar.
- Mengikuti pendidikan dengan kurikulum yang dimodifikasi.
- Mengikuti sekolah khusus yang memiliki program terapi perilaku dan persiapan kerja.
Tantangan sosial-emosional bagi remaja dengan autisme
Setiap remaja itu unik, terutama yang terlahir dengan autisme. Perlu kita ingat, masa remaja memang seperti menaiki roller coaster, kondisi ini bisa menjadi lebih berat bagi beberapa remaja dengan autisme. Beberapa dari mereka dapat beradaptasi dengan baik, namun ada juga yang mengalami kesulitan.
Seperti remaja pada umumnya, remaja dengan autisme juga ingin dihargai. Oleh karena itu, Anda perlu berbicara dengannya seperti berbicara dengan anak remaja seumurannya, baik dengan menggunakan bahasa verbal, bahasa tangan, gestural, atau menggunakan gambar. Jangan meremehkan pendapat mereka atau apa yang mereka pikirkan.
Beberapa tantangan yang dialami remaja dengan autisme antara lain:
- Kematangan emosional yang mungkin terlihat kekanak-kanakan.
- Kecemasan yang tinggi, terutama jika mengalami perubahan pada rutinitas.
- Kesulitan memahami sinyal sosial sehingga kadang dianggap tidak sopan, mengganggu, melakukan sentuhan yang tak pantas, dan lainnya.
- Perundungan dan dijauhi karena dianggap ‘aneh’.
- Respons emosi yang ekstrem seperti agresi, tantrum, atau melarikan diri.
- Despresi, hal ini perlu menjadi perhatian khusus dan intervensi.
Orangtua, guru, maupun terapis dapat membantu remaja dengan autisme untuk mengatasi berbagai tantangan ini dengan cara:
- Menerapkan pelatihan keterampilan sosial dalam sebuah kelompok untuk membantu mereka mengikuti norma yang berlaku di masyarakat.
- Instruksi langsung untuk mengingatan topik apa saja yang cocok untuk dibahas dengan orang lain, dan mana yang seharusnya disimpan untuk diri sendiri.
- Mengobati gangguan kecemasan maupun depresi yang dialaminya.
- Mengajaknya berpartisipasi dalam kelompok dukungan bagi anak dengan kebutuhan khusus.
- Mendukung ketertarikan atau keterampilan yang bisa ia bagi dengan temannya dalam grup seperti keterampilan musik, teater, video game, olahraga, dan lainnya.
- Terapi dan intervensi perilaku saat dibutuhkan.
Referensi: