KESEHATAN ANAK

Ajarkan Anak Atur Emosi

Ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, banyak yang bisa kita ajarkan pada anak, salah satunya adalah ajarkan anak atur emosi.

Desi Hariana | 13 April 2021

Berpuasa sebenarnya bukan hanya menahan diri untuk tidak makan dan minum di siang hari. Esensi dari menjalankan ibadah puasa adalah agar kita lebih mampu menahan hawa napsu, salah satunya adalah dengan tidak bersikap emosional. Kita bisa menjadikan momen puasa ini untuk ajarkan anak atur emosi.

Anak memiliki mental yang lebih sehat

Emotional self-regulation atau kemampuan untuk mengatur emosi ini adalah cara kita untuk menyesuaikan respons atas emosi dengan kondisi lingkungan. Kemampuan mengatur emosi pada anak adalah hal yang memang perlu dibentuk dan diperkuat oleh orang tua sejak dini.

Ada anak yang memiliki kesulitan untuk melakukannya, ada juga yang tidak. Temperamen dan karakter bawaan dapat memengaruhi mudah atau tidaknya seseorang anak mengatur emosi.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Washington di Seattle, Amerika Serikat, orang tua yang ajarkan anak atur emosi secara positif, maka Si Kecil akan lebih jarang mengalami stres atau masalah perilaku, memiliki rentang perhatian yang lebih lama, dan memiliki nilai yang lebih baik di sekolah.

Lakukan langkah demi langkah

Anak usia 2 tahun biasanya sering mengalami temper tantrum seperti menangis atau menjerit-jerit saat keinginannya tak terpenuhi atau merasa frustrasi. Hal ini masih sejalan dengan perkembangan mental anak usia 2 tahun. Namun jika hal tersebut masih terjadi di usia prasekolah atau sekolah, Anda sudah harus waspada dan segera ajarkan anak atur emosi agar tidak berlarut-larut dan terbawa hingga dewasa.

Berikut adalah cara untuk ajarkan anak atur emosi:

  • Kita sebagai orang tua harus lebih dahulu memiliki kemampuan mengatur emosi yang baik. Contohnya ketika anak berulah, Anda tidak berteriak atau memukul anak.
  • Ketika anak memperlihatkan emosinya, tunjukkan empati dengan mengatakan bahwa Anda tahu ia sedang marah, sedih, kesal, dan lain sebagainya. Lalu ajak anak untuk melakukan sesuatu untuk menyalurkan perasaannya tanpa bersikap destruktif.
  • Jangan memarahi anak untuk menekan emosinya, berikan pengertian pada anak bahwa apa yang dirasakannya wajar. Anak yang menekan emosinya dapat menjadi anak yang senang berulah.
  • Sesekali memberinya pelukan tidak masalah, namun sebaiknya jangan selalu dilakukan karena ia akan terbiasa mencari dukungan eksternal untuk menenangkan diri. Beri ia ide untuk menenangkan diri dengan berbagai cara seperti mengatur pernapasan, mendengarkan musik, atau mencari aktivitas lain saat ia sedang merasa emosional.
  • Setelah emosinya mereda, Anda dapat mengajak anak merefleksikan perasaannya. Mengapa ia merasa seperti itu dan bagimana cara terbaik untuk mengatasinya. Di lain waktu ia merasakan emosi yang sama, ia tahu apa yang harus dilakukan.

Mengaitkannya dengan ibadah puasa

Bagi anak-anak yang sedang belajar berpuasa, biasanya di usia sekolah dasar (9-10 tahun), kita dapat ajarkan anak atur emosi sambil mengaitkannya dengan ibadah puasa. Awalnya anak dapat belajar menahan lapar dan haus, setidaknya hingga pertengahan hari.

Ketika anak mengalami luapan emosi, Anda dapat mengingatkannya bahwa ia sedang berpuasa. Ini juga bisa menjadi salah satu cara anak belajar mengatur emosinya. Lakukan langkah-langkah di atas sehingga anak tetap merasa dapat menyalurkan rasa frustrasinya secara sehat dan tidak destruktif.

Ingatlah bahwa apa yang kita ajarkan pada anak saat ini akan menjadi dasar baginya untuk menjadi orang dewasa dengan kemampuan mengatur emosi yang baik kelak.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan