Apa yang Dimaksud dengan ARFID?
Desi Hariana | 23 Oktober 2023
ARFID merupakan diagnosis yang terbilang baru dalam dunia klinis. Gangguan ini merupakan bagian dari gangguan makan (eating disorder) yang masuk ke dalam DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) pada tahun 2013. Mari kita cari tahu apa yang dimaksud dengan ARFID ini, dan apa bedanya dengan anak yang picky-eater.
Apa saja tanda-tandanya?
ARFID umumnya didiagnosis pada anak usia 6-7 tahun. Anak-anak dengan ARFID biasanya menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
- Nafsu makan yang buruk, tidak tertarik pada makanan, atau menghindari makan.
- Mengalami defisiensi vitamin, mineral, dan protein yang cukup serius.
- Sulit berkonsentrasi, terutama ketika belajar.
- Pada kondisi khusus, membutuhkan tube feeding (sonde) untuk asupan nutrisinya.
- Penurunan berat badan yang signifikan, dan gagal tumbuh (pertumbuhan yang buruk/tidak memenuhi standar normal)
- Mudah sakit atau imunitas menurun
- Pubertas yang terlambat
- Sering pusing atau pingsan karena tekanan darah rendah
- Detak jantung rendah dan sering merasa kedinginan
- Dehidrasi, kulit dan kuku kering, rambut rontok
- Pengeroposan tulang dan melemahnya otot
- Bagi anak yang lebih besar, menstruasi dapat terhenti (amenorrhea).
Beberapa kategori ARFID
Pada dasarnya, ada tiga kategori utama dalam gangguan ini, yaitu:
1. Avoidant. Anak yang sangat pemilih dalam hal makanan, mereka bereaksi negatif pada aroma, rasa, tekstur, bahkan warna makanan. Mereka juga mungkin takut pada makanan baru (neofobia), dan takut pada pengalaman buruk yang berhubungan dengan makanan yang kurang dikenal.
2. Restrictive. Anak yang hanya makan makanan tertentu saja. Sedikit atau sama sekali tidak tertarik untuk makan dan menganggap makan bukanlah hal yang menyenangkan. Anak yang masuk dalam kategori ini bahkan sering berpura-pura tidak lapar.
3. Aversive. Anak takut mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan atau membuat trauma ketika makan, misalnya merasakan tenggorokan tertusuk duri ikan, muntah, atau tersedak.
Ada anak yang masuk dalam salah satu kategori saja, ada juga yang lebih dari satu kategori. Kesulitan untuk mendiagnosis ARFID adalah karena beberapa gejalanya mirip dengan gangguan makan lainnya seperti anorexia nervosa.
Perbedaan ARFID dengan gangguan makan lainnya
Perbedaan antara ARFID dan anak yang pemilih pada makanan (picky eater) adalah bahwa ARFID secara signifikan memberikan pengaruh pada kesehatan fisik maupun mental anak. Sekitar setengah dari anak dengan ARFID memiliki berat badan di bawah rata-rata untuk anak seusianya. Sebagian besar mengalamim defisiensi nutrisi, yang berarti tubuh mereka kekurangan sumber tenaga untuk berfungsi secara normal.
Beberapa gangguan saraf seperti ADHD (attention deficit/hyperactive disorder) atau gangguan mental seperti kecemasan juga sering memiliki gejala mirip ARFID. Misalnya anak tidak tertarik pada makanan karena mudah terdistraksi, dan anak yang mengalami kecemasan sosial sehingga terlalu takut untuk makan bersama temannya sekalipun.
Anak dengan ASD (autism spectrum disorder) juga sering memperlihatkan sensitivitas sensori pada makanan, baik tekstur ataupun rasanya, sehingga mereka lebih sering menghindari untuk makan. Kebiasaan memilih-milih makanan atau cara makan juga sering terlihat pada gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
Mendiagnosis dan menangani ARFID
Akibat gejala yang sering tumpang tindih dengan gejala dari gangguan lainnya, maka untuk mendiagnosis ARFID ini para ahli, seperti ahli gangguan makan, perlu melakukan evaluasi yang menyeluruh pada anak. Jika anak juga ternyata memiliki gangguan lain, maka Anda juga perlu untuk mengajak anak untuk berkonsultasi dengan ahli yang terkait.
Selain itu, karena ARFID termasuk diagnosis yang terbilang baru, maka para peneliti masih melakukan studi untuk menemukan cara terbaik dalam menangani kondisi ini. Hal yang penting untuk diperhatikan atau diatasi terlebih dahulu adalah kondisi fisik anak yang membahayakan atau sangat mengganggu kesehatannya. Misalnya dengan memperbaiki nutrisinya, menaikkan berat badannya, dan mengatasi tantangan sensori yang dialami anak saat makan.
Beberapa terapi yang sering dipergunakan untuk mengatasi ARFID adalah CBT (cognitive-behavioral therapy) juga kombinasi antara perawatan dengan basis keluarga untuk gangguan makan serta penanganan kecemasan yang disebut FBT-UP (family-based treatment - unified protocol).
Para ahli juga menekankan pentingnya dukungan dari orangtua dan orang-orang terdekat anak untuk mengatasi masalah ini. Early intervention atau intervensi dini juga sangat menentukan keberhasilan perawatan anak dengan ARFID. Jangan sampai terlambat, karena ARFID dapat terbawa hingga dewasa dan lebih sulit untuk diatasi.
Referensi: