Bahaya Shaken Baby Syndrome
Desi Hariana | 20 Mei 2021
Shaken baby syndrome atau sindroma bayi terguncang juga dikenal sebagai trauma kepala akibat kekerasan, shaken impact syndrome, atau whiplash shake syndrome. Kondisi ini merupakan cedera otak serius akibat mengguncang bayi atau batita sangat keras, sehingga sel-sel otak bayi banyak yang rusak dan otaknya pun mengalami kekurangan oksigen. Bahaya shaken baby syndrome yang paling parah adalah dapat menyebabkan kerusakan otak hingga kematian.
Penyebab paling umum
Kekerasan dalam keluarga (kekerasan pada anak) adalah penyebab utama yang dapat menyebabkan shaken baby syndrome. Dari laman situs Ikatan Dokter Indonesia atau IDAI, dijelaskan bahwa sindrom ini merupakan salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada anak akibat kekerasan. Sebesar 95% cedera otak dan 64% cedera kepala pada anak berusia kurang dari 1 tahun disebabkan oleh tindak kekerasan pada anak.
Faktor risiko yang perlu diperhatikan adalah jika pengasuh atau orang tua memiliki karakteristik sebagai berikut:
- berharap terlalu banyak terhadap bayi atau batita
- pasangan muda yang masih belum siap memiliki anak
- sedang mengalami stres atau depresi
- memiliki latar belakang kekerasan dalam keluarga
- pengguna narkoba atau alkoholik
- Selain itu, laki-laki lebih sering menyebabkan shaken baby syndrome dibandingkan perempuan.
Tanda-tanda shaken baby syndrome
Bayi atau batita umumnya tidak atau belum dapat menjelaskan apa yang ia alami pada orang lain. Namun kita dapat melihat tanda-tanda berikut pada bayi atau batita yang mengalami shaken baby syndrome:
- muntah-muntah
- tubuh terlihat memar-memar
- anak mengalami tremor atau gemetar
- terlihat sering mengantuk
- tak tertarik untuk makan
- sulit menyusui
- tak mau tersenyum atau berbicara (untuk batita)
Selain itu, bayi juga dapat mengalami pembesaran di bagian kepala atau kening, pupil yang berbeda ukuran, sulit berfokus, dan lebih suka menggunakan tangan atau kaki dari salah satu sisi tubuh (kanan atau kiri). Di luar dari tanda-tanda yang dapat dilihat, sebenarnya ada juga bahaya yang tak terlihat seperti patah tulang atau perdarahan otak.
Mendiagnosis shaken baby syndrome
Saat dokter yang memeriksa bayi atau batita mencurigai kondisi shaken baby syndrome pada pasiennya, ia akan melakukan wawancara mendalam dengan orang tua serta pengasuh anak sehari-hari. Selain itu, jika dibutuhkan juga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI kepala untuk mendeteksi kerusakan otak dan perdarahan. Foto Rontgen dapat membantu mengkonfirmasi patah tulang. Pemeriksaan mata juga diperlukan untuk memastikan ada atau tidaknya perdarahan retina.
Dampak buruk pada kesehatan anak
Guncangan keras yang dialami oleh anak tentunya dapat membahayakan kesehatannya. Berikut adalah beberapa kondisi yang dapat terjadi pada anak yang mengalami shaken baby syndrome:
- patah tulang atau dislokasi pada persendian tangan/kaki
- gangguan penglihatan bahkan kebutaan
- gangguan pendengaran dan bicara
- gangguan kemampuan belajar/kecerdasan (setelah berusia 6 tahun)
- gangguan perilaku
- anak sering mengalami kejang
- cerebral palsy
- kerusakan permanen pada otak
- kematian (13% kematian akibat cedera kepala diakibatkan oleh shaken baby syndrome)
- Salah satu cara untuk menghindari bahaya shaken baby syndrome adalah dengan memilih pengasuh secara teliti dengan memeriksa latar belakangnya, memberi pendampingan pada orang tua baru, memberi bantuan pada orang tua yang mengalami stres atau depresi (termasuk ibu yang mengalami baby blues), dan segera melaporkan pada pihak berwajib jika terjadi tindak kekerasan dalam rumah tangga, baik di rumah sendiri atau di lingkungan kita.
Referensi: