Diet GFCF untuk Anak Autistik
Anissa Aryati | 28 Agustus 2020
Anak dengan ASD atau autism spectrum disorder cenderung memiliki masalah dalam perilaku dan proses pencernaan. Diet GFCF adalah diet elminasi ketat unsur gluten dan casein dalam asupan nutrisi keseharian anak dengan autisme. Harapannya, dengan menerapkan pola diet ini gejala perilaku negatif anak dapat berkurang serta kemampuan sosial dan kognitif anak dapat meningkat. Tapi benarkah diet GFCF untuk anak autistik benar-benar efektif?
Sekilas tentang GFCF
Diet GFCF diperkenalkan pada tahun 2013 oleh Whiteley yang didasarkan pada teori bahwa anak autistik peka terhadap makanan yang berbahan gluten dan casein. Akibat kepekaan yang dialaminya, anak autistik memproses gluten dan casein dengan cara yang berbeda dari anak lainnya. Disinyalir bahwa konsumsi gluten dan casein pada anak autistik dapat menyebabkan gejala autisme yang lebih buruk.
Diet GFCF untuk anak autis menerapkan teknik diet yang memantang makanan berbahan gluten dan casein seperti gandum, roti, sereal serta susu dan produk olahan susu. Seiring perjalanan waktu, pola diet lebih luas lagi dengan memantang gula, ikan laut, makanan yang bisa memicu terjadinya alergi, susu onta, susu kambing, susu kuda dan lainnya. Pola diet pada GFCF tidak meninggalkan konsumsi nasi sebagai pemasok karbohidrat.
Dengan menerapkan diet GFCF untuk anak autistik, ibu pastinya berharap beberapa tingkah laku anak seperti tantrum, terlalu aktif mengulang-ulang perbuatan atau kebiasaan menyakiti diri sendiri akan berkurang. Penerapan diet ini juga diharapkan dapat membuat tidur anak lebih tenang, anak bisa belajar dengan baik, dan mengurangi masalah di saluran cerna.
Pro-kontra diet GFCF
Diet GFCF untuk anak autistik ini sudah banyak dibicarakan dan bahkan diterapkan oleh sebagian orangtua. Namun demikian, efektivitas diet ini belum sepenuhnya terbukti dapat mengatasi masalah perilaku dan pencernaan anak-anak dengan ASD.
Menurut panduan internasional, diet GFCF tidak direkomendasikan secara rutin untuk anak ASD karena minimnya bukti ilmiah yang didapat dari sekian banyak penelitian, meta analisis dan review. Dalam hal ini, kesimpulan yang ditarik oleh banyak peneliti adalah diet GFCF hanya bisa efektif apabila diterapkan pada suatu subgroup ASD tertentu.
Penelitian lain dilakukan pada 74 anak ASD dengan gangguan perilaku berat. Penelitian dilakukan dengan membagi kelompok anak menjadi dua. Satu kelompok anak-anak ASD yang mengonsumsi biskuit GFCF dan kelompok lainnya adalah yang mengonsumsi biskuit berbahan gluten dan casein 2 kali lipat dari makanan biasa selama 7 hari. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan penambahan gluten dan casein tidak meningkatkan perilaku negatif dan saluran cerna pada anak ASD.
Meski banyak penelitian tidak merekomendasikan diet GFCF untuk anak autistik, namun tetap ada segelintir peneliti yang masih berpegang bahwa diet ini bermanfaat mengingat kadar peptida abnormal dalam cairan tubuh pada beberapa anak dengan autisme hanya bisa diatasi dengan melakukan diet GFCF.
Hal ini juga yang menjadi acuan bagi orangtua yang masih ingin menerapkan diet GFCF untuk mengurangi masalah perilaku negatif anak-anak mereka. Terlepas dari keinginan dan keputusan tersebut, diet GFCF pada anak autistik pada dasarnya tidak membahayakan dan tidak memberikan dampak yang begitu menonjol apabila diterapkan.
Hanya saran yang perlu diingat orang tua dalam menerapkan diet tersebut pada anak autistik, bekerja samalah dengan dokter anak. Terutama masalah asupan nutrisinya. Tujuannya agar diet ini tidak menyebabkan anak kekurangan nutrisi, mineral, dan serat yang dibutuhkan.
Materi:
Webinar AnakkuID “Autism Talk (3): Apakah Perlu Diet Gluten-Free Casein-Free?” yang dilakukan tanggal 9 Mei 2020
Pembicara:
Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K)