Jenis Susu Sesuai Kebutuhan Anak
Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) | 10 November 2020
Ada beberapa Ibu yang secara medis tak dapat memberikan ASI pada bayinya. Bagi Anda yang terpaksa harus menggunakan susu formula, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam memilih jenis susu yang sesuai dengan kebutuhan bayi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
Ada kondisi pada ibu yang menyebabkan kebutuhan ASI pada bayi tidak bisa dilakukan sebagaimana mestinya. Contohnya produksi ASI yang tak mencukupi, atau pemberian ASI eksklusif telah usai. Banyak yang perlu dipertimbangkan sat memilih susu pengganti untuk bayi Anda, karena ia perlu mendapat asupan nutrisi berkualitas yang mendukung tumbuh kembangnya.
Dalam susu yang dikonsumsi bayi terkandung 40% kalori yang dibutuhkan bayi selama masa pertumbuhan. Susu formula (sufor) mengandung protein kasein dan whey, minyak sayur sebagai sumber lemak, laktosa sebagai sumber karbohidrat. Tak hanya itu, dalam susu terkandung pula banyak zat-zat penting seperti zat besi (untuk mencegah anemia), vitamin D (untuk pertumbuhan tulang), dan berbagai zat penting lainnya.
Rasio kasein dan whey bisa sangat bervariasi. Susu yang mengandung lebih banyak whey cenderung lebih mudah dicerna. Jumlah kasein yang lebih besar membuat susu lebih lama dicerna.
Cermati kandungan susu
Sebagai orang tua, ketika memilih jenis susu kebutuhan anak, sebaiknya lakukan beberapa hal sebagai berikut:
- Membiasakan membaca label pada kemasan sebelum membelinya. Baca komposisi dan kandungan gizinya, sesuaikan dengan kebutuhan anak
- Setelah diberi susu, cermati reaksinya. Apakah ada perubahan pada pola buang air besar, tekstur, dan sebagainya.
- Perhatikan juga saran penyajian, agar tidak terlalu kental atau terlalu encer.
Jenis-jenis susu
Air susu ibu (ASI) memang yang terbaik, namun jika kondisi mengharuskan ibu memberi sufor, berikut adalah beberapa jenis sufor yang bisa dijadikan alternatif:
1. Susu hipoalergenik
Untuk bayi yang memiliki kecenderungan alergi, terutama alergi susu sapi, sebaiknya berikan susu sapi dengan formula hipoalergenik atau hidrolisat. Susu hipoalergenik merupakan susu sapi yang kandungan proteinnya telah dihidrolisis sedemikian rupa sehingga lebih mudah dicerna anak.
2. Susu formula soya
Susu yang terbuat dari sari kedelai ini umumnya ditujukan bagi bayi yang alergi terhadap protein susu sapi tetapi tidak alergi terhadap protein soya. Namun jika bayi Anda pun alergi terhadap soya, sebaiknya menggunakan susu formula dengan asam amino yang sudah terhidrolisis atau hipoalergenik.
3. Susu formula dari susu sapi
Bayi di atas 6 bulan disarankan menggunakan sufor yang telah difortifikasi (diperkaya) dengan zat besi. Ini disebabkan karena pada bayi 4 - 6 bulan, persediaan zat besi di tubuh bayi mulai berkurang sehingga perlu mendapatkan tambahan asupan dari luar.
4. Susu rendah laktosa
Jenis susu yang bebas dari kandungan laktosa ini biasa disebut low lactose atau free lactose. Sebagai penggantinya, bisa ditambahkan juga kandungan gula jagung. Jenis susu ini cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna laktosa atau biasa disebut intoleransi laktosa.
5. Susu formula lanjutan
Biasanya dicantumkan keterangan ‘lanjutan’ pada kemasannya. Pada umumnya, sufor jenis ini hanya diberikan pada bayi di atas 6 bulan. Sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok dalam kandungan kalori dan nutrisinya.
6. Susu formula khusus
Banyak bayi yang memiliki gangguan penyerapan karbohidrat, lemak, protein, atau zat gizi lainnya. Dengan pemberian susu formula khusus ini, bayi tak akan terganggu pencernaannya. Namun susu ini memang lebih mahal dan hanya bisa didapatkan di rumah sakit atau apotik saja.
Konsultasikan dengan dokter anak Anda sebelum memberikan susu formula.
Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) merupakan Guru Besar Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta.