KESEHATAN ANAK

Kekurangan Zat Besi dan Kecerdasan Anak

Zat besi adalah bagian dari mikronutrien yang berperan penting dalam metabolisme tubuh. Kekurangan zat besi memengaruhi konsentrasi, bahkan kecerdasan anak.

Desi Hariana | 8 November 2019

Kekurangan zat besi adalah problem nutrisi yang paling umum di seluruh dunia, diderita oleh sekurangnya 2,5 juta jiwa. Di negara berkembang, sebanyak 40% dari anak yang masih kecil serta 50% ibu hamil mengalami kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia dan gangguan kesehatan lainnya, selain itu juga ada hubungan antara zat besi dan kecerdasan anak yang perlu kita perhatikan. 

Pentingnya zat besi

Besi adalah mineral yang merupakan komponen penting hemoglobin (bagian sel darah merah yang membawa oksigen), myoglobin (bagian sel otot yang menyimpan oksigen) dan banyak enzim dalam tubuh. Kebanyakan bayi yang sehat dan cukup bulan lahir dengan simpanan zat besi hingga usia 4-6 bulan. Semua usia memerlukan zat besi tanpa kecuali.

Sumber besi untuk bayi termasuk ASI, susu formula, daging, hati, sereal, roti gandum, produk gandum yang difortifikasi atau diperkaya besi. ASI hanya mengandung sedikit sumber zat gizi, sehingga bayi dengan ASI saja harus mendapatkan tambahan zat besi sebesar 1 mg/kg berat badan per hari sejak berumur 4 bulan sampai mendapat MPASI yang difortifikasi zat besi.

Zat besi dan kecerdasan

Selain dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk hemoglobin dalam darah, zat besi juga sangat dibutuhkan dalam mendukung kinerja sel saraf dan sel otak. Para ahli menemukan adanya hubungan antara kekurangan zat besi dan kecerdasan anak. Kekurangan zat besi yang parah pada anak di usia dini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada kemampuan kognitifnya, menyebabkan IQ yang rendah dan gangguan perkembangan. Terutama jika terjadi dalam periode emas, sejak anak di dalam kandungan hingga berusia 16 bulan.

Kadang kekurangan zat besi dapat muncul dalam bentuk kecemasan, depresi, mudah marah, bahkan penurunan konsentrasi dan kondisi ‘tak bisa diam’ secara umum. Anak yang mengalami kekurangan zat besi terus menerus, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kejiwaan seperti ADHD (Attention-Deficit/Hiperactivity Disorder) dan gangguan perkembangan.  

Mengatasi kekurangan zat besi

Jika anak memperlihatkan gejala kekurangan zat besi seperti pucat dan terlihat sering mengalami kelelahan secara berlebihan, segeralah bawa ia ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. Melalui tes darah, dokter akan memastikan apakah anak menderita kekurangan zat besi atau tidak.

Jika dokter anak Anda sudah menegakkan diagnosis bahwa anak mengalami kekurangan zat besi, umumnya akan diberikan resep suplemen zat besi atau diet tinggi zat besi. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki jumlah hemoglobin dalam darah serta meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Perhatikan selalu asupan nutrisi anak karena ada hubungan antara kekurangan zat besi dan kecerdasan anak.

Referensi:

  • https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolutionary-psychiatry/201511/heavy-metal-iron-and-the-brain
  • https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634
  • https://www.healthline.com/nutrition/iron-deficiency-signs-symptoms#section12
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan