PSIKOLOGI ANAK

Ketika Anak Sering Lupa

Anak yang sering memperlihatkan gejala ‘lupa’ (forgetful) dapat mengalami hambatan dalam perkembangan aktivitasnya. Ini juga dapat menjadi petunjuk klinis yang perlu diperhatikan.

Irma Gustiana A, M.Psi, Psikolog | 21 September 2020

Dalam buku Diagnostic Criteria from DSM IV yang umum digunakan oleh para psikolog, pelupa bisa menjadi salah satu indikasi gangguan konsentrasi dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder-ADHD tipe inatensi) pada anak.

Ketika anak sering lupa dalam waktu 6 bulan berturut-turut, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun, maka perilaku ini membutuhkan adanya intervensi dari ahli. Pelupa biasanya berkorelasi dengan kondisi sulit berkonsentrasi sehingga anak cenderung kurang terorganisir dalam melakukan sesuatu.

Penyebab lupa

Ada beberapa hal yang menyebabkan anak sering lupa, diantaranya:

  • Anak terindikasi mengalami gangguan pemusatan perhatian atau ADD/ ADHD (attention deficit disorder/ attention deficit hyperactivity disorder) tipe inatensi.
  • Stres akibat terlalu banyak tekanan dan tuntutan dari lingkungan anak, dapat memengaruhi keadaan psikologisnya. Misalnya, tuntutan akademik yang tinggi dan membuat anak tidak leluasa bermain dapat memicu kepanikan serta rasa cemas.
  • Fungsi intelektualitas seperti slow learner dan daya ingat yang rendah juga dapat menghambat anak dalam menunjukkan kreativitasnya.
  • Anak cenderung melupakan hal-hal yang tidak menjadi minatnya, termasuk kegiatan atau mata pelajaran tertentu.

Cara mengatasi

Berikut tip bagi orangtua bila anak sering lupa:

  • Cek fungsi psikologis anak karena ada kemungkinan ia mengalami gangguan konsentrasi sehingga cenderung pelupa.
  • Periksakan fungsi biologisnya juga, apakah ada kemungkinan anak mengalami gangguan fungsi saraf atau kekurangan zat besi sehingga menyebabkan masalah konsentrasi.
  • Bantu anak agar kegiatannya lebih terorganisir, misalnya membuat tabel atau jadwal rutinitas harian yang harus dilakukan anak.
  • Lakukan evaluasi kegiatan harian pada malam hari untuk mengecek tugas tanggung jawab yang harus ia kerjakan.
  • Hindari sikap mengancam atau menghukum anak.

Kerja sama dengan pihak sekolah

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan orang dewasa yang ada di sekitar untuk mengatasi gangguan ini. Guru bisa mengingatkan anak untuk melakukan cek dan ricek, mengulang kembali hal-hal yang harus ia lakukan, atau mendekatkan posisi duduk anak dengan guru untuk memudahkan interaksi.

Red Flags (hal-hal yang perlu diwaspadai)

Orangtua patut waspada bila:

  • Frekuensi lupa semakin kerap muncul, terutama menyangkut hal-hal yang bersifat rutinitas.
  • Anak kerap lupa meninggalkan barang-barang pribadinya seperti alat tulis, tempat minum dan sebagainya.
  • Nilai akademiknya terus menurun.
  • Banyak melamun ketika sedang belajar.

Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan pada anak untuk meningkatkan konsentrasinya. Ajak ia menemui psikolog atau terapis di klinik psikologi maupun klinik tumbuh kembang untuk mencarikan solusi yang terbaik.

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan