Komplikasi Saat Kehamilan dan Persalinan
Desi Hariana | 16 Juli 2022
Hal yang paling ditakuti atau sangat dihindari sepanjang masa kehamilan maupun persalinan adalah terjadinya komplikasi. Kondisi kesehatan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya komplikasi saat kehamilan dan persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janinnya. Oleh karena itu, ibu perlu mengetahui komplikasi seperti apa saja yang mungkin terjadi dan bagaimana cara untuk menghindarinya.
Berbagai gangguan yang dapat terjadi
Gangguan selama kehamilan dan persalinan cukup banyak jenisnya, namun yang paling sering ditemukan antara lain:
- Tekanan darah tinggi
Risiko tekanan darah tinggi pada ibu hamil sangat besar bagi ibu maupun janin yang dikandungnya karena dapat menyebabkan preeklampsia, lepasnya plasenta dari uterus, bahkan diabetes gestasional. Komplikasi yang terjadi saat persalinan misalnya bayi lahir prematur, BBLR (berat badan lahir rendah), hingga kelahiran mati (stillbirth). Ibu perlu mendapatkan penanganan untuk mengontrol kondisi tersebut.
- Diabetes gestasional
Kondisi diabetes yang terjadi saat kehamilan. Tubuh tidak dapat memproses gula dengan efektif sehingga menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah. Ibu perlu memodifikasi pola makan yang baik untuk mengontrol kadar gulanya. Kondisi ini biasanya akan hilang setelah kelahiran.
- Preeklampsia
Dikenal juga dengan toksemia yang dapat terjadi dalam masa 20 minggu pertama kehamilan yang menyebabkan tekanan darah tinggi serta gangguan ginjal. Dokter akan mengawasi kehamilan ibu secara lebih ketat dan segera melahirkan bayi melalui operasi jika kondisi preeklampsia sudah sangat membahayakan ibu.
- Anemia
Jumlah sel darah merah sehat yang sedikit sehingga mengganggu proses pengiriman oksigen dari paru ke seluruh tubuh. Untuk mengatasi hal ini, ibu perlu banyak istirahat dan mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat seperti yang diresepkan oleh dokter kebidanan.
- Infeksi
Infeksi pada ibu hamil akan sangat mempengaruhi kondisi janinnya. Mulai dari infeksi saluran kemih, Infeksi serius seperti HIV, hepatitis, penyakit menular seksual, tuberkulosis, dan lainnya. Melakukan tes skrining untuk beberapa kemungkinan infeksi dapat membantu ibu untuk menghindari terjadinya komplikasi.
- Kelahiran prematur
Bayi lahir di bawah usia kehamilan 37 minggu. Beberapa organ bayi belum matang sehingga dapat meningkatkan risiko kematian pada bayi. Dokter umumnya akan berusaha untuk menahan masa kelahiran hingga kehamilan sudah cukup waktu.
- Keguguran
Terjadinya peluruhan plasenta dan janin dalam 20 minggu pertama kehamilan yang dapat diakibatkan berbagai hal, termasuk masalah kesehatan ibu dan adanya infeksi.
- Posisi bayi sungsang
Posisi bayi dengan kaki berada di bawah saat mendekati masa kelahiran. Jika dokter mengetahui hal ini beberapa minggu sebelum kelahiran, dokter akan membantu ibu untuk mengubah posisi bayi. Namun jika sampai saat kelahiran bayi tidak berubah posisi dan kelahiran normal berisiko, bayi akan dilahirkan secara Caesar.
- Posisi plasenta menutupi jalan lahir
Disebut juga dengan placenta previa di mana posisi plasenta berada menutupi jalan lahir bayi. Tidak ada jalan lain untuk kondisi ini kecuali dengan melakukan prosedur kelahiran Caesar.
- Berat badan lahir rendah
Kondisi nutrisi yang tidak baik dari ibu, gaya hidup yang buruk pada ibu, dapat menyebabkan terjadinya BBLR. Efeknya pada bayi, mengalami infeksi pernapasan, gangguan belajar, infeksi jantung, bahkan kebutaan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi saat kehamilan dan persalinan, seperti:
- menderita penyakit berat seperti kanker atau gangguan ginjal
- menderita diabetes dan tekanan darah tinggi
- epilepsi,
- hamil pada usia risiko tinggi (35 tahun ke atas)
- hamil di usia terlalu muda (remaja)
- memiliki gangguan makan seperti anoreksia
- gaya hidup buruk seperti merokok, menggunakan obat-obatan terlarang, atau minum minuman beralkohol
- pernah keguguran atau menjalani kelahiran prematur
- hamil kembar.
Komplikasi saat kehamilan dan persalinan dapat dicegah atau dihindari dengan mengadopsi pola hidup sehat sebelum dan selama kehamilan, serta rajin melakukan kontrol ke dokter kebidanan.
Referensi: