Memahami Saturasi Oksigen
dr. Dewi Puspitorini, Sp.PD(K), MARS | 12 Agustus 2021
Ketika seseorang dinyatakan positif COVID-19, tak pelak lagi, nilai saturasi oksigen menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan. Apalagi jika yang bersangkutan menjalani isoman (isolasi mandiri) di rumah. Maka nilai saturasi oksigennya harus dipantau melalui alat khusus, salah satunya oksimeter.
Apa itu saturasi oksigen?
Penderita COVID-19 yang memiliki kadar oksigen rendah dapat mengalami kondisi yang disebut happy hypoxia, yaitu kondisi yang ditandai dengan saturasi oksigen yang rendah namun tidak disertai gejala.
Saturasi oksigen adalah jumlah oksigen yang beredar di dalam darah. Saturasi oksigen seseorang dapat diukur dengan alat yang bernama oksimeter (pulse oximeter). Cara penggunaannya relatif mudah, yakni dengan cara menjepitkan oksimeter pada jari tangan. Selain itu ada cara yang lebih akurat yakni dengan Analisis Gas Darah (AGD).
Di dalam tubuh, sebagian besar oksigen dibawa oleh sel darah merah yang mengumpulkan oksigen dari paru dan membawanya ke seluruh bagian tubuh. Penderita COVID-19 cenderung memiliki tingkat oksigen yang rendah di dalam darah, karena sirkulasi oksigen terhambat akibat infeksi virus pada paru-paru. Akibatnya, terdapat penumpukan cairan yang menyulitkan oksigen masuk ke dalam tubuh.
Saturasi oksigen dapat dipengaruhi oleh tiga hal:
- fungsi paru
- sistem peredaran darah
- fungsi paru-paru
Pasien COVID-19 yang memiliki kadar oksigen yang rendah dapat menjadi peringatan dini bahwa ia membutuhkan perawatan medis.
Saturasi oksigen berbagai usia
- Saturasi oksigen pada anak yang sehat adalah 95-100%. Jika kadar oksigen rendah, anak mungkin memerlukan terapi oksigen
- Pada orang dewasa normal 95-100%. Jika lebih rendah, mungkin memiliki masalah paru dan butuh pengobatan yang tepat. Bila di bawah 92% butuh terapi oksigen tambahan.
- Lansia memiliki tingkat saturasi oksigen cenderung lebih rendah dibandingkan dewasa yang lebih muda. Pada lansia usia lebih dari 70 tahun, saturasi oksigen 95% masih dalam kategori normal.
Saturasi oksigen yang rendah menyebabkan:
- sesak napas
- sakit kepala
- gelisah
- pusing
- napas cepat
- nyeri dada
- kebingungan
- tekanan darah tinggi
- gangguan penglihatan
- dada sesak
- detak jantung cepat.
Baik bergejala maupun tidak, kadar oksigen yang rendah bisa mengganggu kerja organ dan jaringan tubuh, yang bila dibiarkan dapat menyebabkan kerusakan organ vital, seperti jantung, otak, dan ginjal.
Bagaimana meningkatkan saturasi oksigen?
- Pastikan sirkulasi udara di ruangan dalam kondisi baik
- olahraga teratur
- konsumsi zat besi
- menghindari merokok maupun asap rokok.
Mengingat besarnya risiko kekurangan oksigen dalam darah, maka penting kiranya memahami saturasi oksigen di masa pandemi. Terlebih lagi bagi Anda yang harus menjalani isolasi mandiri di rumah akibat positif COVID-19.