Mengajarkan Empati pada Anak dengan ASD
Desi Hariana | 15 Mei 2023
Melatih kemampuan anak autistik untuk berempati memang sebuah tantangan sendiri. Namun bukannya tak mungkin dilakukan. Latihan bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan anak dengan ASD dalam melakukan aktivitas maupun memperlihatkan perilaku prososial yang cukup penting.
Cara mengajarkan empati pada anak autistik
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan empati pada anak dengan ASD, seperti berikut ini:
1. Menjelaskan mengenai perasaan dan emosi
Anak autistik perlu mengenali dan memahami perasaan dan emosi, baik yang dialami oleh dirinya sendiri ataupun orang lain. Anda bisa menggunakan gambar atau foto yang menunjukkan perasaan dan emosi yang berbeda. Hal ini agar anak dapat membedakannya dan memberi respons yang sesuai.
2. Simulasi melalui media visual
Informasi yang disajikan secara visual umumnya lebih mudah dipahami oleh anak dengan ASD. Bacalah buku atau tonton film bersama anak yang menggambarkan situasi sosial yang berbeda dan cara meresponsnya dengan sesuai.
3. Bermain pura-pura/peran (role playing)
Media bermain juga dapat dignakan untuk membantu anak autistik memahami sebuah situasi sosial. Tentukan lebih dahulu peran apa yang ingin dimainkan, lalu bermainlah dengan anak dan mina ia untuk membantu atau merespons apa yang Anda lakukan.
4. Mengajak anak memahami perspektif orang lain
Beri pengertian pada anak bahwa orang lain belum tentu memiliki cara pandang atau perspektif yang sama dengan dirinya. Itu sebabnya ia perlu memerhatikan atau bertanya pada orang lain jika ia ingin tahu apa yang dirasakan oleh orang lain.
5. Memberi respons yang postif pada anak
Selalu beri dukungan dan berikan kesempatan pada anak untuk mempraktekkan hal-hal yang baru dipelajarinya dalam berempati. Dengan dukungan Anda, anak dapat meningkatkan kepercayaan dirinya serta termotivasi untuk terus belajar.
Jangan lupa ajari azas timbal balik (reciprocity)
Azas timbal balik dalam bersosialisasi sangat dibutuhkan dalam memulai, menjaga, atau memperbaiki sebuah hubungan. Belajar dan memahami keterampilan ini sebenarnya sudah kita pelajari sejak usia dini, misalnya saat bermain ‘ciluk ba’ dengan orangtua, atau permainan yang dimainkan anak-anak di berbagai tahapan usia. Salah satu hal yang penting dimengerti anak adalah untuk melakukan sesuatu secara bergiliran.
Hubungannya dengan empati, kita sering kali berpikir bahwa perasaan orang lain sama dengan kita. Padahal, empati berarti memahami perasaan dan perspektif orang lain dan meresponsnya dengan cara yang sesuai dan dapat membantu. Contohnya, jika anak melihat temannya bersedih, mungkin saja ia tak merasakan hal yang sama, namun ia dapat bersikap empatik dengan memberi kata-kata yang menghibur dan menyemangati.
Elemen yang dibutuhkan dalam belajar berempati
Ada beberapa elemen yang dibutuhkan pada anak autistik ketika mengajarinya cara berempati, yaitu:
- Bisa menyadari perasaan orang lain, berdasarkan raut wajah, suara, atau gestur tubuh.
- Mampu memahami apa yang menjadi keinginan atau harapan orang lain, termasuk paham akan perspektif mereka.
- Punya pengalaman emosi yang dapat dijadikan ‘cermin’ dalam memahami perasaan orang lain.
- Mampu berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal.
- Memiliki latar belakang norma yang sama mengenai cara merespons yang sesuai saat memperlihatkan empati pada orang lain.
Jangan lupa, kunci dalam mengajari empati pada anak dengan ASD adalah kesabaran, tentunya agar mereka tidak mudah putus asa dalam belajar dan mempraktekkannya.
Referensi: