PSIKOLOGI ANAK

Mengurangi Sikap Agresif Anak

Anak bersikap agresif karena berbagai alasan, sedang butuh perhatian atau mengungkapkan emosi yang ia rasakan. Sebagai orang tua, kita perlu membantu mengurangi sikap agresif anak agar ia dapat bersosalisasi dengan baik.

Desi Hariana | 17 Februari 2021

Anak usia 18 bulan hingga 3 tahun sedang dalam masa yang penuh dengan perubahan. Ia mulai mengetahui bahwa dirinya merupakan individu yang terpisah dari orang tuanya, sehingga mulai menunjukkan keinginannya sendiri. Ia mulai senang berkata ‘tidak’, atau melakukan kebalikan dari apa yang diminta oleh orang dewasa. Di masa-masa ini, beberapa anak memperlihatkan sikap agresif seperti mendorong, memukul, menendang, atau bahkan menggigit. Apakah hal ini normal?

Anak-anak memiliki reaksi berbeda terhadap emosi

Setiap anak memiliki caranya sendiri dalam mengatasi emosi yang dirasakan. Mereka yang lebih easy-going biasanya lebih mudah mengatasi emosinya, berbeda dengan anak-anak yang bertipe ‘big reactors’ atau yang reaktif terhadap emosi yang dirasakan. Untuk membantu mengurangi sikap agresif anak, kita perlu mengetahui pola yang biasanya muncul pada anak-anak di usia tertentu.

  • 0-12 bulan

Anak-anak di usia ini lebih sering mengungkapkan apa yang dirasakan melalui perilakunya. Misalnya membanting barang yang tak ia sukai, merebut kacamata saat kesal, atau menggigit jika keinginannya tak dipenuhi. Anda tak perlu merasa kesal atau putus asa padanya karena ia baru belajar memahami emosinya sendiri, juga reaksi orang-orang di lingkungannya.

  • 12-24 bulan

Emosi yang dirasakan semakin menguat, namun sayangnya kemampuan verbal mereka juga belum terlalu baik. Mendekati usia 2 tahun, anak memang mulai mengembangkan identitas dirinya sebagai individu yang terpisah dari orang tuanya. Ia juga baru belajar untuk mampu berempati atau memahami perasaan orang lain. Jadi, ia masih mungkin bersikap agresif.

  • 24-36 bulan

Di usia ini anak semakin mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya dan sudah dapat berempati pada orang lain. Namun kadang ia masih tak mampu untuk menahan diri untuk melakukan sesuatu. Jadi, dengan kata lain, ia sudah paham peraturannya tapi tak selalu dapat mengikutinya. Salah satu cara untuk mengurangi sikap agresif anak adalah dengan membantunya menenangkan diri kala ia terlihat mulai emosional.

Strategi mengurangi sikap agresif anak

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan dalam menghadapi anak yang masih suka bersikap agresif, seperti berikut ini;

Bersikap tenang. Anda akan menemukan bahwa anak sangat sensitif dengan perasaan orang tuanya. Ia akan merasakan kekesalan orang tuanya dan lebih sulit untuk bersikap tenang. Jadi, sebelum mendisiplinkan anak, Anda harus bersikap tenang terlebih dahulu. Jangan terpancing dengan emosi yang diperlihatkan anak.

Kurangi distraksi. Jika anak berada di area yang banyak orang (ada penonton yang ikut berkomentar) atau ada suara kencang dari televisi, kemungkinan ia akan sulit diminta tenang. Bawa anak ke kamarnya atau ruangan yang dapat membantunya menenangkan diri.

Melakukan time-out pada anak. Ini hanya bisa dilakukan bagi anak di atas 2 tahun. Sebelum menerapkan time-out, pastikan anak bersikap agresif bukan karena ingin melarikan diri dari sesuatu. Bagi anak usia prasekolah, waktu untuk time-out paling lama hanya disarankan 4 menit.

Mendorong anak untuk berkomunikasi secara verbal. Anak-anak berusia di atas 18 bulan sudah dapat menggunakan kata-kata sederhana seperti ‘tidak’, atau ‘tidak boleh’. Ajarkan ia untuk menggunakan kata-kata daripada bersikap agresif dalam menyampaikan sesuatu.

Pemberian reward. Memberi reward jika anak bersikap baik dan tidak bersikap agresif kala sedang emosional bisa juga diterapkan. Tidak selalu berbentuk benda, tapi juga bisa berupa pelukan, pujian atas sikapnya, atau boleh menonton filem kartun kesukaannya.

Dalam mengurangi sikap agresif anak, yang tak boleh Anda lupakan adalah bersikap konsisten dan hindari negosiasi dengan anak. Seiring dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, sikap agresifnya akan berkurang. Jika sikap agresif ini menetap, segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog anak.   

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan