Merindukan Saat Kembali ke Sekolah
Anissa Aryati | 14 Juli 2021
Sudah terlalu lama anak belajar di rumah dan ia mulai dihadapkan pada kejenuhan. Beberapa kali ia sempat menanyakan “Bu, kapan aku bisa ke sekolah lagi. Apa aku harus belajar di rumah dengan ibu terus?” Mendengar hal ini, biasanya ibu akan meminta anak untuk bersabar mengingat kondisi pandemi yang belum mereda, sehingga kemungkinan bersekolah tatap muka kembali pun masih belum pasti.
Menimbang manfaat dan risikonya
Mempelajari berbagai pengetahuan dan mengasah kemampuan bersosialisasi di sekolah merupakan kebutuhan mendasar bagi anak, di luar kebutuhan pokok dan kasih sayang dari orangtuanya. Sayangnya, mengizinkan anak kembali bersekolah di masa pandemi ini memiliki risiko tinggi pada kesehatan anak.
Berdasarkan data yang dilaporkan secara global, ditemukan sekitar 8,5% dari kasus COVID-19 berdampak pada kesehatan anak walaupun hanya sedikit kasus yang berujung pada kematian. Meskipun risiko penularan pada anak tergolong rendah, namun orangtua masih perlu mempertimbangkan beberapa hal ketika sekolah tatap muka kembali dibuka, termasuk manfaat dan risikonya bagi anak, yaitu:
- Intensitas penularan di sekolah berdasarkan perkembangan epidemiologi COVID-19 di tingkat lokal, yang memungkinkan murid terjangkit saat proses pembelajaran tatap muka berlangsung.
- Keamanan dan kapasitas sekolah/lembaga pendidikan saat beroperasi. Dalam hal ini orangtua perlu memantau bagaimana sistim yang diterapkan di sekolah serta jumlah murid yang hadir di saat bersamaan. Mengingat pembelajaran tatap muka dapat menjadi transmisi klaster untuk penularan sporadis.
- Penyediaan fasilitas kesehatan di sekolah, seperti wastafel, sabun cuci tangan, hand sanitizer, masker, dan lainnya. Adanya kolaborasi sekolah dengan otoritas kesehatan masyarakat setempat sehingga bisa melakukan tindakan cepat apabila terjadi kondisi darurat.
- Kebiasaan masyarakat di lingkungan sekeliling sekolah. Apakah masyarakat yang tinggal di sekitar area sekolah menerapkan protokol kesehatan atau justru terbiasa mengabaikannya.
Plus minus bila sekolah dibuka kembali
Banyak tantangan yang dihadapi baik anak maupun orangtua dalam hal pendidikan selama 1,5 tahun terakhir ini. Mulai dari kesulitan anak bertransisi dari proses pembelajaran tatap muka menjadi daring, beban tambahan bagi orangtua untuk menjadi guru pendamping bagi anak, kesulitan saat mengerjakan berbagai tugas, juga berbagai godaan di rumah yang membuat anak mudah teralihkan.
Wacana pembelajaran tatap muka, meskipun belum bisa dipastikan kapan akan diberlakukan kembali, layaknya meniupkan udara segar bagi anak, orangtua, maupun guru.
Manfaat yang cukup besar akan dirasakan anak dan orangtua dengan diberlakukannya kembali pembalajaran tatap muka, seperti:
- Anak dapat mengikuti kurikulum yang lengkap seperti sebelum pandemi.
- Akses pada pengajar yang dapat memberikan mereka banyak informasi serta bimbingan secara langsung.
- Anak dapat memenuhi kebutuhannya akan kesejahteraan sosial dan psikologis.
- Mengurangi risiko anak tak mau kembali ke sekolah atau drop out.
- Mengembalikan waktu orangtua yang berkurang untuk proses mengajar anak.
Jadi, yang merindukan saat kembali ke sekolah bukan hanya anak, tapi juga guru dan orangtua. Namun mempertimbangkan anak kembali belajar tatap muka di sekolah merupakan hal yang cukup membuat ‘galau’ bagi orangtua maupun pihak sekolah. Di satu sisi orangtua dan guru pasti ingin anak melewati proses pembelajaran secara normal, di sisi lain risiko masalah kesehatan bagi anak pun masih tinggi.
Sambil menunggu saat-saat yang dinantikan itu datang, mari selalu jaga protokol kesehatan atau prokes dalam kehidupan sehari-hari, tingkatkan imunitas Anda sekeluarga dengan pola makan yang sehat, rajin mengajak berolahraga dan berjemur di bawah sinar matahari pagi, juga pastikan anak di atas 12 tahun untuk menerima vaksin COVID-19. Selain itu, tetap jaga jalur komunikasi dengan pihak sekolah untuk memastikan kesiapan kembali ke pembelajaran tatap muka berjalan lancar.
Referensi: