Perihal Feses Bayi
dr. Ika Fitriana, Sp.PD | 13 Oktober 2020
Bayi telah belajar mencerna sejak dalam kandungan. Ia sudah mulai ‘belajar’ buang air besar maupun kecil di dalam rahim ibunya. Setelah lahir, feses bayi pertama disebut dengan mekonium yang berisi sisa pencernaan selama dalam kandungan. Biasanya akan keluar selama 1-3 hari, dengan tekstur, warna, dan konsistensi yang khas.
Setelah bayi mendapat ASI, tekstur dan warna feses akan berubah, begitu pula jika anak minum susu formula dan diberi makanan padat. Mengenali feses yang normal dapat mengurangi kekhawatiran orangtua.
Perhatikan warnanya
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan perilah feses bayi, terutama dalam hal warnanya:
- Mirip dempul
Feses kekurangan bilirubin sehingga berwarna pucat. Zat bilirubin inilah yang membuat warna feses menjadi kuning, bila kekurangan, warna feses menjadi pucat seperti dempul. Artinya, ada suatu penyakit yang menyebabkan bilirubin bayi tidak masuk ke dalam usus hingga tak dapat mewarnai feses.
- Pekat seperti aspal
Kemungkinan terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas. Warna hitam bersumber dari hematin yaitu hasil metabolisme heme di dalam sel darah merah, yang bereaksi dengan asam lambung sehingga menghasilkan warna hitam.
- Terlihat ada darah segar
Darah segar berupa garis pada feses bayi Anda, apalagi setelah bayi kesulitan mengedan (feses keras) dapat menjadi pertanda luka di sekitar anus. Hal ini paling sering menjadi penyebab feses bayi berdarah.
Perhatikan pula teksturnya
Umumnya tekstur feses bayi akan dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsinya. Namun ada beberapa jenis teksktur bayi yang juga perlu menjadi perhatian, yaitu:
- Diare
Diare perlu dicurigai bila bayi pup lebih sering dari biasanya, terkadang feses mengandung lendir atau darah, bisa berbau asam atau busuk, atau disertai sakit perut sehingga bayi rewel. Jumlahnya bisa sedikit-sedikit atau justru banyak sekali, hingga anak dapat kekurangan cairan.
Gejala lain yang menyertai biasanya adalah demam dan muntah. Pada bayi baru lahir yang sering pup, hal ini agak sulit dibedakan. Ibu bisa mengamati tekstur yang lebih cair dari biasanya, atau bila bayi telah memiliki pola pup sendiri, ia pup lebih sering dari pola biasanya.
- Konstipasi
Konstipasi atau sembelit perlu dibedakan baik pada bayi atau pun anak. Feses bayi tidaklah seperti anak yang sudah mengonsumsi makanan padat, karena bayi lebih sering pup ataupun terlambat pup, apalagi pada bayi ASI.
Definisi konstipasi pada bayi 0-6 bulan lebih didefinisikan pada feses yang keras, besar, atau sebaliknya, kecil-kecil seperti pelet yang sulit dikeluarkan dan bukan pada jarangnya frekuensi pup. Bahkan ada bayi yang pup hanya satu kali seminggu, tapi fesesnya tidak keras. Ini diakibatkan oleh ASI yang mampu diserap hampir sempurna.
Sedangkan bayi yang sudah makan makanan padat memiliki pola pup yang teratur, sehingga bila frekuensi pup jarang, apalagi disertai feses yang keras, anak sudah dapat dicurigai mengalami konstipasi.
Jadi, perihal feses bayi ini memang penting untuk diperhatikan saat sedang mengganti popok bayi Anda. Sehingga Anda dapat melakukan penanganan yang tepat untuk menjaga kesehatan saluran cerna bayi Anda.