Respons Sensorik pada Anak Autistik
Anissa Aryati | 22 September 2020
Anak-anak dengan ASD (autism spectrum disorder) mengalami masalah dalam keterampilan motorik, keseimbangan, dan koordinasi mata-tangan. Kondisi ini membuat mereka sulit menerima rangsangan dan senang melakukan gerakan sensasi seperti menggoyang-goyang tangan, gerakan memutar badan, eksplorasi lisan, dan lainnya.
Respons terhadap stimulus
Masalah respons sensorik pada anak autistik menjadikan mereka cenderung hipersensitif atau hiposensitif terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan sekitarnya. Hal ini diakibatkan sistem sensorik yang tidak terintegrasi atau tidak terstruktur dengan tepat di otak, sehingga menghasilkan berbagai tingkat masalah dalam perkembangan, pemrosesan informasi, dan perilaku pada anak.
Tingkat respons berbeda
Perbedaan respons sensorik pada anak autistik dan normal bisa ditandai pada aktivitas dan reaksi mereka. Apakah anak memiliki respons normal terhadap stimulus yang masuk, atau justru sebaliknya. Respons tersebut bisa dilihat melalui sikap yang ditunjukkan anak.
Respons normal terhadap stimulus: Anak dengan kondisi sensorik normal akan memberikan respons yang sesuai dengan situasi. Contohnya:
- Mencium bau terbakar, ia akan lari.
- Datang ke pesta teman, ia menunjukkan rasa senang dan berbaur.
- Dipeluk, anak senang.
- Dipanggil namanya, akan menoleh.
- Main ayunan, menunjukkan rasa senang.
Respons yang tidak sesuai
Pada anak dengan ASD, respons yang dihasilkan suatu rangsangan bisa beragam, mulai dari respons yang sangat rendah, hingga berlebih.
Under response
Respons anak pada sensorik dikatakan rendah atau kurang apabila anak tidak menunjukkan tanda-tanda berikut:
- pasif
- kurang merespons sentuhan
- kurang merespons suara
- tidak merespons bau-bauan
- membutuhkan rasa makanan yang lebih kuat
Over response
Anak dikatakan merespons berlebih apabila ketika ada rangsangan, anak menunjukkan perubahan yang spesifik pada perilaku. Misalnya:
- bergerak sangat hati hati
- takut dengan perubahan, jarak, atau gerakan tiba-tiba
- menolak disentuh, atau menghindar menyentuh tekstur tertentu
- sensitif terhadap suara
- menghindar terhadap cahaya
- tidak senang dengan bau-bauan
- picky eater
Sensory seeking
Anak yang sensory seeker tak dapat dimasukkan ke dalam kelompok under response, over response, ataupun normal. Kebanyakan anak-anak pada kategori ini tidak peka terhadap rangsangan, atau disebut hiposensitif. Mereka memerlukan lebih banyak rangsangan sensorik.
Biasanya ditandai dengan perilaku berikut:
- sering berlarian atau melompat
- sangat senang diayun
- kadang berputar dengan kencang
- senang menyentuh, mencari semua tekstur
- senang dengan suara-suara keras
- sering memasukkan benda ke mulut
Respons sensorik pada anak memang akan berbeda satu sama lain. Apabila respons sensorik pada anak dirasa kurang wajar, penanganan melalui terapi akan mendukung anak-anak yang mengalami perbedaan sensorik tersebut agar dapat meningkatkan kenyamanan dan kualitas hidup mereka.
Materi diambil dari :
Webinar AnakkuID “Autism Talk (5) Sensory Integration, Salah Satu Terapi Terpenting pada Autisme” pada tanggal 27 Juni 2020.
Pembicara:
Savitri W. Salmun, AMd.OT
Referensi:
- https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/developmental-disabilities/Pages/Sensory-Integration-Therapy.aspx
- https://www.autism.org/sensory-integration/
- https://www.understood.org/en/learning-thinking-differences/child-learning-disabilities/sensory-processing-issues/sensory-seeking-and-sensory-avoiding-what-you-need-to-know