Sindroma Asperger dan Kecerdasan Anak
Desi Hariana | 15 Juni 2022
Sindroma Asperger pertama kali dideskripsikan oleh seorang dokter anak asal Wina, Hans Asperger di tahun 1940-an. Para ahli medis pada awalnya memisahkan kategori gangguan autistik dengan Sindroma Asperger, namun di tahun 2013, dalam DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5), klasifikasinya diubah. Sejak itu, Sindroma Asperger dimasukkan ke dalam kategori ASD (autism spectrum disorder) dan disebut sebagai ASD tipe ‘high-functioning’.
Perbedaan pada anak dengan Sindroma Asperger
Walaupun sekarang dokter menyebutnya sebagai ‘high-functioning’ ASD, namun masih banyak juga yang menyebutnya sebagai Sindroma Asperger. Ciri autisme pada anak dengan Sindroma Asperger lebih ringan dibandingkan jenis ASD lainnya. Anak dengan Sindroma Asperger kemungkinan memiliki keterlambatan motorik dan sering terlihat ceroboh (clumsy), atau kurang luwes.
Pada umumnya, anak dengan Sindroma Asperger memiliki kemampuan bahasa dan kognitif (kecerdasan) yang baik. Jika pada anak dengan ASD tipe lain mereka terlihat tidak peduli dengan sekitarnya, anak dengan Sindroma Asperger justru ingin berinteraksi dengan orang lain, namun sering kali tak tahu bagaimana caranya
Dalam bersosialisasi, anak dengan Sindroma Asperger memang umumnya agak kaku, kurang memahami peraturan sosial secara umum, dan kurangnya empati. Saat berbicara dengan orang lain pun mereka membatasi kontak mata, kadang seperti tidak mengikuti arah obrolan, atau kurang memahami cara berdiskusi dengan benar. Kadang suara mereka terlalu keras, tidak memiliki ritme, atau terlalu formal.
Namun demikian, kemampuan mereka dalam mengingat informasi sangat baik, seperti nama benda di langit dan ukurannya, jenis-jenis dinosaurus dan lainnya. Hal ini karena kekuatan memori mereka memang di atas rata-rata, namun tidak demikian halnya dalam memahami konsep abstrak. Itu sebabnya mereka sering tidak memahami penggunaan bahasa ironi, humor, sarkasme, ataupun gestural tubuh.
Kaitan Sindroma Asperger dan kecerdasan anak
Mengapa anak Sindroma Asperger sering disebut anak-anak yang cerdas? Hal ini karena secara kognitif mereka memang tidak mengalami masalah. Perbedaan lainnya adalah bahwa anak dengan Sindroma Asperger tidak mengalami keterlambatan bicara. Kecerdasan anak dengan Sindroma Asperger pada umumnya berada di tingkat rata-rata, atau bahkan di atas rata-rata (gifted).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cambridge di Inggris, ditemukan bahwa ciri khas autisme umum ditemukan pada mereka yang mendalami bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika. Studi lain juga melaporkan bahwa kemungkinan ada hubungan genetik antara autisme dan kejeniusan. Para peneliti juga mencatat adalah kesamaan genetik yang menentukan intelegensi tinggi dengan ciri autisme.
Dr. Leo Kanner, orang pertama yang mengidentifikasi ciri autisme, melakukan observasi pada anak-anak dengan kondisi autistik dan ternyata mereka memiliki kemampuan memori yang luar biasa. Kekuatan memori inilah yang kemudian diidentifikasikan oleh para peneliti sebagai atribut kunci kekuatan intelegensi seseorang.
Bukti bahwa Sindroma Asperger dan kecerdasan cukup kuat datang dari seorang dokter ahli jiwa, Michael Fitzgerald dari Trinity College, Dublin, Irlandia. Ia mengklaim banyak orang jenius di dunia sains, politik, dan seni, mengalami Sindroma Asperger. Ia membandingkan 1600 orang Sindroma Asperger dengan para jenius, ternyata mereka menunjukkan ciri yang mirip. Ia kemudian mengemukakan argumentasi bahwa gen yang terkait dengan Sindroma Asperger adalah gen yang juga berhubungan dengan kreativitas dan kejeniusan.
Hubungan lainnya mengenai Sindroma Asperger dan kecerdasan adalah karena mereka yang mengalami Sindroma Asperger lebih fokus, tekun, serta tak mudah terdistraksi. Banyak dari mereka memiliki bakat unik dan berkontribusi positif pada dunia. Contohnya saja Elon Musk, Sang Pendiri Tesla, yang mengakui bahwa dirinya mengalami Sindroma Asperger dalam sebuah acara televisi di Amerika Serikat.
Jadi, jika ditanyakan apakan anak Asperger pasti cerdas? Pada umumnya, YA, namun mereka lebih sering bermasalah dalam hal sosialisasi. Apakah mereka sudah pasti jenius? Hal ini yang tidak bisa dipastikan tanpa adanya pengetesan lebih lanjut. Jadi, saat anak Anda didiagnosis Asperger atau ASD ‘highly functioning’, tak perlu khawatir. Arahkan saja anak pada bidang yang menarik minatnya, karena dengan ketekunannya, ia dapat hidup dengan normal dan mandiri di masa dewasanya nanti.
Referensi: