Tahapan Bermain Anak dan Manfaatnya
Desi Hariana | 9 Januari 2024
Saat anak bermain, ia mempelajari keterampilan dan memahami berbagai konsep seperti bahasa, membaca, menulis, matematika, serta memahami orang lain dan situasi yang ada di sekelilingnya. Seorang peneliti di Minnesota’s Institute of Child Develompment, Amerika Serikat, bernama Mildred Parten, mengidentifikasi tahapan bermain sebagai berikut:
1. Unoccupied play/bermain sederhana (lahir-3 bulan)
Merupakan tahapan pertama bermain dan dimulai sejak bayi lahir. Anak melakukan kegiatan secara acak, dengan gerakan tangan dan kaki yang kadang belum terkontrol dengan baik. Pada usia ini, anak bisa diajak untuk melakukan tummy time atau bermain di lantai sambil telungkup. Ayah dan ibu juga dapat menyediakan permainan dengan warna-warni yang kontras atau berbunyi menarik.
2. Solitary play/bermain sendiri (3 bulan-2 tahun)
Pada tahapan ini, anak bermain sendiri dan tidak berinteraksi dengan anak lain. Ia sering terlihat asyik sendiri dengan mainannya. Kemampuan fokus serta motoriknya sudah meningkat dari tahapan bermain sebelumnya. Permainan jenis ini membantu anak untuk mengembangkan self-awareness atau kemampuan untuk fokus pada diri sendiri, juga kemampuan untuk mandiri.
3. Onlooker play/bermain dengan memperhatikan (2,5-3,5 tahun)
Anak mulai memiliki ketertarikan pada anak lain, namun ia belum ada keinginan untuk bergabung, umumnya hanya memperhatikan gerak-geriknya saja. Tahapan ini penting bagi anak dalam mengembangkan keterampilan memahami batasan, serta aturan bermain. Ajak anak ke taman bermain atau tempat-tempat lainnya di mana selain bermain, anak juga dapat menjadi pemerhati anak-anak lainnya.
4. Parallel play/bermain secara paralel (3,5-4 tahun)
Anak mulai dapat bermain bersisian dengan teman lainnya. Dalam tahapan ini anak bisa saja berbagi mainan dengan temannya, tapi mereka tidak benar-bener terlibat dalam permainan yang sama. Saat bermain secara paralel, anak mulai mengembangkan keterampilan komunikasinya, belajar berbagi, dan memahami emosi dan perasaan orang lain.
5. Associative play/bermain bersama (3-4 tahun)
Ini merupakan tahapan kunci dimana anak mulai bermain bersama temannya dengan berbagi mainan yang sama. Di sinilah anak mulai mengembangkan keterampilan sosialnya, belajar bermain secara rukun dan berbagi bersama teman lain. Walaupun mungkin permainannya masih acak, atau belum terorganisir. Sering-seringlah memberi kesempatan pada anak untuk bermain dengan anak-anak seusianya.
6. Cooperative play/permainan kerjasama (4 tahun ke atas)
Tahapan terakhir bermain ini memiliki ciri khas anak-anak bermain bersama untuk mencapai satu tujuan yang sama. Misalnya sama-sama bermain puzzle, atau bermain pura-pura, seperti menjadi penjual dan pembeli. Permainan kerjasama lebih tinggi tingkatannya dari permainan bersama. Anak belajar melihat perspektif teman bermainnya, belajar berkompromi dan bernegosiasi. Anak dapat mengembangkan kepercayaan dirinya, dan juga kemandiriannya.
Ayah dan Ibu dapat membantu anak untuk melewati setiap tahapan bermain ini dengan mengakomodir kebutuhannya, seperti ruang tenang untuk bermain, mainan edukatif yang menarik, bermain bersama anak, atau mengajak anak untuk bermain dengan teman-teman seusianya.
Referensi: