Tentang Kecerdasan Anak
Desi Hariana | 16 Januari 2023
Kecerdasan dianggap sebagai modal utama keberhasilan seseorang dalam menghadapi kehidupan. Semakin cerdas seorang anak, maka kemungkinan ia sukses di masa depan akan semakin besar. Namun, ada beberapa mitos dan pemahaman mengenai kecerdasan yang tidak tepat menurut ilmu kesehatan maupun kejiwaan. Mari kita cari tahu fakta yang sesungguhnya, tentang kecerdasan anak.
#1. Anak dengan IQ tinggi sudah pasti akan sukses
Faktanya: IQ atau intelligence quotient merupakan istilah yang muncul sekitar seabad yang lalu, namun memiliki keterbatasan. Menurut Robert J. Sternberg, Ph.D, seorang psikolog dan peneliti dari Yale University, “IQ hanya mengukur dua kemampuan saja, yaitu memori dan analitik, namun tidak mengukur keterampilan lain yang dibutuhkan dalam hidup seperti kreativitas dan keterampilan praktis.” Jadi, belum tentu anak dengan IQ tinggi pasti sukses ya, ia juga perlu memiliki keterampilan lainnya dalam mengatasi permasalahan dalam hidupnya.
#2. Orangtua yang cerdas, pasti akan menghasilkan anak yang cerdas
Faktanya: Kecerdasan merupakan sesuatu yang kompleks atau rumit. “Kecerdasan muncul dari interaksi berbagai gen, tidak ditentukan oleh satu gen tersendiri. Ada juga yang mengatakan bahwa 60-80% kecerdasan ditentukan oleh faktor keturunan. Namun pada kenyataannya, belum ada penelitian yang bisa membuktikan hal ini secara pasti,” tutur David Baron, MSEd, DO, Ketua Ilmu Psikiatri dari Temple University School of Medicine.
#3. Bayi yang diberi tontonan edukatif akan lebih cepat berbicara
Faktanya: Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa anak-anak yang masih kecil belajar berbicara bukan dari apa yang mereka tonton, melainkan dari interaksi yang dilakukan dengan orang di sekitarnya. Jadi, jika ayah dan ibu ingin anaknya lebih cepat berbicara, ajak mereka mengobrol setiap hari, ya. Walaupun mereka belum memahami kata per kata, namun mereka akan mendapatkan manfaat dari interaksi yang dilakukan.
#4. Mendidik anak dengan keras akan membuatnya lebih cerdas
Faktanya: Anak yang mendapat pola pengasuhan sensitif dan responsif, justru memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak mendapatkan pengasuhan serupa. Jadi, yang diutamakan bukan mendesak atau memaksa anak untuk berprestasi, namun mengajarkan anak untuk memahami kekurangan dan kelebihannya, serta mengoptimalkan memampuan yang ia miliki.
#5. Tidur tak akan berpengaruh pada kecerdasan
Faktanya: Anak yang mengalami masalah tidur di usia batita, dapat mengalami gangguan kognitif di usia yang lebih tua. Ini dibuktikan dalam sebuah penelitian di Kanada yang melibatkan anak usia 2,5 hingga 6 tahun. Batita yang mengalami masalah tidur, atau tidak mendapatkan waktu tidur cukup dan berkualitas, memiliki hasil tes perkembangan saraf (neurodevelopmental) yang kurang baik. Jadi, pastikan anak mendapatkan waktu tidur yang dibutuhkannya, setiap hari.
Referensi: