Yuk, Kembali ke Permainan Tradisional
Dyah Soekasto | 22 Juli 2021
Masa pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan irama kehidupan dalam masyarakat, tak terkecuali dalam keseharian anak. Kondisi pandemi membuat anak rentan kehilangan haknya. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, termasuk mendapat perlindungan dari kekerasan serta diskriminasi.
COVID-19 berisiko membuat anak berada dalam posisi sulit, misalnya dalam hal menerima pengasuhan saat orang tua positif COVID-19, begitu juga dengan kurangnya kesempatan bermain dan belajar. Belum lagi risiko meningkatnya kasus kekerasan selama pandemi sebagai akibat diterapkannya kebijakan jaga jarak maupun belajar dan bekerja di rumah. Inilah yang mendasari tema Hari Anak Nasional 23 Juli 2021, ‘Anak Terlindungi, Indonesia Maju’.
Beri ruang bagi anak
Beri ruang bagi anak agar ia tetap dapat berprestasi, bergembira, berpikir kreatif dan inovatif meskipun selalu berada di rumah. Namun bukan berarti orang tua membebaskan anak, tetap ada aturan yang harus diikuti, seperti:
- Membatasi anak bermain gawai.
- Beri anak tanggung jawab. Libatkan anak dalam pekerjaan rumah sehari-hari, misalnya membereskan kamarnya, meja belajar, serta mainannya.
- Ciptakan aktivitas tersebut dengan kegembiraan, bukan dalam tekanan.
- Berikan reward bila anak mengerjakan tugasnya dengan baik.
- Usahakan anak tetap bergerak aktif di dalam rumah, misalnya olah raga bersama, bermain permainan tradisional, dan lain sebagainya.
Kembali ke permainan tradisional
Tak ada salahnya kita coba untuk menghidupkan kembali permainan tradisional di rumah. Permainan tradisional bukan hanya mampu menstimulasi anak untuk berpikir inovatif dan kreatif, namun juga mengandung muatan positif lainnya;
- Mengajarkan anak untuk berbagi, karena anak berinteraksi langsung dengan teman mainnya, dalam hal ini adik, kakak, ayah, dan ibu.
- Mengasah sikap sportivitas anak: menerima kekalahan dan jika menang tidak sombong.
- Mengikuti permainan dari awal hingga akhir membuat anak belajar untuk berdisiplin dan tak mudah putus asa.
- Jiwa kompetitif anak terasah untuk memenangkan permainan, namun ia harus tetap jujur dalam mengikuti aturan main.
- Permainan tradisional juga mengajarkan anak untuk bersikap mandiri, bertanggung jawab, percaya diri, dan demokratis.
Permainan tradisional yang bisa dimainkan di rumah
Beberapa permainan tradisional memang membutuhkan area yang lebih luas dan pemain yang lebih banyak, misalnya ular tangga, gobak sodor, atau bentengan. Namun bagi yang memiliki ruang terbatas, dan hanya sedikit jumlah pemain, berikut adalah beberapa permainan tradisional yang bisa dimainkan di rumah:
- Petak umpet. Pemain yang berjaga menutup matanya dalam 25 hitungan saat pemain lain bersembunyi. Setelah itu ia harus menemukan mereka satu persatu.
- Engklek. Gunakan kapur untuk menggambar bidang kotak dan setengah lingkaran di lantai. Ajak anak melompat dari satu kotak ke kotak lain dengan satu kaki, satu kaki lagi tak boleh menyentuh lantai kecuali di bagian tertentu.
- Kelereng. Pemain secara bergantian menjentikkan jari pada kelereng masing-masing untuk mengenai kelereng lawan yang akan menjadi miliknya.
- Kucing-kucingan. Satu pemain menjadi ‘kucing’ yang mengejar pemain lain sebagai ‘tikus’nya. Jika ada yang tertangkap, maka pemain tersebut gantian menjadi kucing.
Beberapa alat permainan ini dapat dibeli di market place, dan tentu saja Anda perlu memilih permainan yang sesuai dengan usia anak.
Dalam era new normal ini, orangtua memang dituntut untuk lebih kreatif lagi. Jangan biarkan anak merasa kesepian, khawatir, bosan, atau kebingungan. Dunia anak adalah dunia bermain. Ciptakan suasana gembira untuk meningkatkan imunitas anak, dengan bermain permainan tradisional bersama.
Referensi:
- Artikel Majalah Anakku, “Ayo Kembali ke Permainan Tradisional” oleh Anita Chandra, M.Psi, Psikolog.
- https://bestari.umm.ac.id
- https://www.gramedia.com