Pada bayi sampai umur 3 bulan, ISK lebih sering terjadi pada bayi laki-laki, namun setelah usia tersebut, lebih sering dialami anak perempuan. Sayangnya, ISK pada bayi atau anak kecil seringkali tidak menunjukkan gejala yang khas. Bila tidak terdeteksi atau tidak diterapi dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek berupa infeksi berat, maupun jangka panjang berupa parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal, hingga memerlukan tindakan cuci darah atau cangkok ginjal. Oleh karena itu, ISK perlu dikenali sedini mungkin agar dapat diterapi dengan maksimal.
Bagaimana si kecil bisa terkena ISK?
Hal ini diakibatkan masuknya kuman ke dalam saluran kemih. Umumnya kuman berasal dari tinja atau daerah dubur yang masuk ke saluran kemih bagian bawah, naik ke kandung kemih, dan dapat naik sampai ke ginjal. Jadi yang perlu diperhatikan, segera ganti popok/celana si kecil saat dia buang air besar, rajinlah mengecek popok/celananya agar tidak terlalu lama bersentuhan dengan tinja. Jagalah selalu kebersihan saat membersihkan tinja pada bayi dan anak, bilas dengan air sampai bersih dengan arah dari depan ke belakang.
Seperti halnya penyakit infeksi lainnya, ISK lebih mudah terjadi pada anak dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya pada gizi buruk. Anak dengan konstipasi atau anak yang sering menahan-nahan kencing juga lebih berisiko terkena ISK. Jadi biasakan anak tidak menahan berkemih, buang air besar teratur, dan minum cairan yang cukup setiap harinya. Pada ISK berulang, perlu dipikirkan adanya kemungkinan penyakit yang mendasari, seperti kelainan anatomi saluran kemih yang bersifat bawaan atau gangguan pengosongan kandung kemih.
Pemeriksaan untuk memastikan ISK
Jika terdapat kecurigaan terhadap ISK, dokter akan menganjurkan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
1. Pemeriksaan air kemih rutin (urinalisis) dan biakan (kultur) air kemih. Penampungan sampel air kemih memerlukan cara tersendiri yang akan dijelaskan oleh dokter atau petugas laboratorium, dan harus memperhatikan kebersihan agar tidak terkontaminasi oleh kuman yang ada pada kulit di sekitar kelamin. Hasil pemeriksaan urinalisis dapat segera diketahui, sedangkan hasil biakan air kemih memerlukan waktu sekitar satu minggu.
2. Pemeriksaan lanjutan (jika dokter menganggap perlu) untuk mendeteksi kelainan anatomi saluran kemih, seperti ultrasonografi (USG) ginjal dan saluran kemih maupun pemeriksaan pencitraan lain (voiding cystourethogram /VCUG, DMSA scan).
Mengobati ISK pada anak
Pengobatan ISK ditujukan pada tiga hal: memberantas kuman penyebab, mencegah terjadinya komplikasi, dan mencari kelainan yang mendasarinya. Untuk memberantas infeksi, diberikan obat antibiotik selama 7-14 hari. Diawali dengan antibiotik empirik (berdasarkan jenis kuman yang sering ditemukan) sampai didapatkan hasil biakan air kemih, lalu dilanjutkan dengan antibiotik yang sesuai dengan hasil biakan tersebut.
Bila memungkinkan, dilakukan biakan air kemih ulang setelah 3 hari Si Kecil selesai mendapatkan antibiotik. Bila hasilnya masih menunjukkan adanya ISK, maka infeksi ini diobati dengan antibiotik yang sesuai dengan hasil biakan.
Pada anak yang memiliki kelainan anatomi saluran kemih, tindakan bedah dilakukan sesuai dengan jenis kelainan yang ada. Bila tidak diselesaikan dengan tuntas, kelainan anatomi ini akan menyebabkan ISK berulang pada anak, sehingga dapat mengakibatkan luka parut ginjal dan kerusakan ginjal jangka panjang. Deteksi ISK berulang dilakukan dengan biakan air kemih berkala, misalnya setiap bulan, kemudian dilanjutkan setiap 3 bulan.
Pencegahan selalu lebih baik
Selalu menjaga kebersihan saat bayi/anak buang air kecil dan buang air besar merupakan pencegahan ISK yang utama. Faktor risiko lain yang dapat berperan pada ISK berulang khususnya pada anak perempuan adalah pemakaian bubble bath, pakaian dalam yang terlalu sempit, pemakaian tisu toilet yang salah, atau pemakaian deodoran yang bersifat iritatif pada kulit sekitar kelamin.
Tindakan sunat pada anak laki-laki terbukti efektif untuk mengurangi ISK. Risiko terjadinya ISK pada bayi laki-laki yang tidak disunat meningkat 3-15 kali dibandingkan dengan yang sudah disunat. Di samping itu, tentunya kita perlu lebih waspada dalam mengenali gejala-gejala ISK yang tidak khas tersebut sedini mungkin, dan segera berkonsultasi dengan dokter bila terdapat gejala tersebut.
Beda umur, beda gejala
- Bayi baru lahir: Suhu tidak stabil (demam atau kedinginan), rewel, lemas, tidak mau menyusu, kuning berkepanjangan, berat badan tidak naik.
- Bayi dan anak kecil: Demam, rewel, muntah, diare, nafsu makan berkurang, gangguan pertumbuhan.
- Anak lebih besar: Demam, nyeri/mengedan saat berkemih, anyang-anyangan, mengompol (setelah sebelumnya berhenti mengompol), nyeri pinggang, nyeri perut bagian bawah, air kemih berbau, berwarna keruh atau kemerahan.
Konsultan:
Dr. Ratih Dewi Palupi, SpA
Referensi:
- Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI. Konsensus infeksi saluran kemih pada anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2011.
- American Academy of Pediatrics (AAP). Urinary tract infection: Clinical practice guideline for the diagnosis and management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Pediatrics 2011;128:595-610.