Penyebab pertusis
Penyebab penyakit ini adalah bakteria Bordatella pertussis yang menempel pada silia (bagian seperti rambut halus di permukaan sistem pernapasan atas manusia). Bakteri ini menghasilkan racun yang merusak silia dan menyebabkan saluran napas membengkak.
Ciri khas pertusis adalah batuk yang sulit terkontrol dan menyebabkan penderitanya sulit bernapas. Mereka yang terkena pertusis sering harus menarik napas cepat dan menyebabkan suara tarikan napas (whooping) yang cukup keras.
Gejala yang muncul
Ketika seseorang tertular bakteri penyebab pertusis, gejala penyakit baru muncul sekitar 7-10 hari kemudian (masa inkubasi). Umumnya diawali dengan gejala ringan yang mirip dengan ‘masuk angin’, seperti:
- hidung ‘meler’ dan tersumbat
- mata merah dan berair
- demam ringan
- batuk-batuk
Setelah sekitar 1-2 minggu, gejala bisa menjadi lebih berat. Lendir di saluran napas semakin banyak dan menyebabkan batuk yang tak terkontrol. Batuk yang terus menerus dapat menyebabkan:
- muntah
- wajah memerah atau membiru
- kelelahan akibat batuk terus menerus
- kadang terdengar bunyi saat menarik napas
Berhati-hatilah dengan bayi yang tertular pertusis di bawah usia 1 tahun karena kemungkinan mereka tidak batuk sama sekali namun mengalami kesulitan bernapas. Bayi bisa mengalami henti napas dan membiru. Segera bawa Si Kecil ke IGD untuk penanganan cepat.
Pengobatan
Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk melawan bakteri penyebab pertusis, semakin cepat diobati akan semakin baik. Pengobatan yang dilakukan pada minggu ketiga biasanya tak terlalu membantu karena bakteri sudah tidak menetap di tubuh kita, namun batuknya masih tersisa.
Untuk pengobatan anak di rumah, lakukan beberapa langkah berikut:
- Patuhi jadwal pemberian obat pada anak.
- Bersihkan rumah dari iritan yang dapat memicu batuk seperti asap dan debu.
- Memasang alat pelembab udara (vaporizer) untuk memudahkan pengeluaran lendir.
- Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak.
- Memastikan anak minum air yang cukup, bisa juga dengan memberi makanan yang berkuah atau buah yang banyak airnya. Waspada bahaya dehidrasi seperti bibir kering, mudah lelah, kehausan, jarang ‘pipis’, otot melemah, atau pusing.
- Beri anak makan sedikit-sedikit setiap jam untuk menghindari muntah.
Melakukan vaksinasi
Cara terbaik untuk mencegah pertusis adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin pertusis biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan dua vaksinasi penyakit lain yaitu difteri dan tetanus (DPT). Pemberian vaksinasi DPT diberikan pada anak di usia 2, 4, 6, 15 hingga 18 bulan. Lalu diulang pada usia 4 hingga 6 tahun.
Pencegahan penularan
Sama dengan penyakit pernapasan lainnya, pertusis dapat menular melalui droplet atau percikan ludah kala penderita bersin atau batuk. Center for Disease Control and Prevention atau CDC merekomendasikan langkah pencegahan penyakit pernapasan sebagai berikut:
- Selalu menutup mulut dengan tisu ketika bersin atau batuk. Segera buang tisu yang sudah terkena percikan ke tempat sampah.
- Batuk atau bersin ke bagian dalam siku, jangan ke tangan, jika tak menemukan tisu.
- Rajin mencuci tangan secara menyeluruh dengan sabun selama sekurangnya 20 detik.
- Gunakan hand sanitizer dengan bahan dasar alkohol jika sulit menemukan air mengalir dan sabun.
Jangan lupa kenakan masker kala sedang sakit.
Pertusis adalah penyakit menular yang berbahaya. Pastikan anak-anak mendapat vaksinasi lengkap agar tak mudah tertular penyakit menular.
Referensi: