Kebanyakan anak-anak tertular hepatitis C saat baru lahir, terinfeksi dari ibunya.
Jika Anda hamil dan menderita hepatitis C, Anda dapat menularkan virus hepatitis C kepada bayi Anda saat proses persalinan, baik normal maupun melalui operasi Caesar.
Bagaimana mengenali gejala hepatitis C?
Tanda-tanda hepatitis C pada anak:
- kencing berwarna gelap dan kecokelatan
- warna feses pucat dan seperti tanah liat
- sakit perut, muntah, atau diare
- penyakit kuning (kulit dan mata kekuningan)
- demam
- kelelahan
- memar
- bengkak di kaki
Anak mungkin juga mengalami pembesaran hati atau limpa. Dokter dapat menemukannya saat melakukan pemeriksaan fisik atau menggunakan tes pencitraan.
Dokter biasanya akan menyarankan anak menjalani pemeriksaan darah untuk mendiagnosis hepatitis C virus (HCV). Tes tersebut sama dengan yang digunakan pada orang dewasa, tetapi hanya dilakukan pada anak-anak di atas usia 2 tahun.
Apa saja pemeriksaan yang dilakukan?
- Tes anti-HCV: bertujuan mencari antibodi protein spesifik dalam darah anak. Ini tidak mudah, karena tidak menunjukkan apakah virus hepatitis C aktif.
- Tes HCV kualitatif penguji HCV-RNA: bertujuan mengukur apakah virus hepatitis C aktif dan berada dalam aliran darah anak.
- Tes HCV kuantitatif atau tes viral load: memeriksa jumlah virus dalam darah, diukur dalam satuan internasional per liter (IU / L). Bila angka lebih rendah berarti penyakit ini lebih mudah dikendalikan.
- Genotipe virus: Tes ini menunjukkan jenis hepatitis C, yang disebut "genotipe," yang menyebabkan infeksi pada anak.
- Meski jarang terjadi, bisa saja dokter anak menyarankan melakukan tes pencitraan ultrasound untuk memeriksa kemungkinan kanker hati.
Ingat! Hepatitis C virus (HCV) membutuhkan waktu untuk menunjukkan gejala. Sekitar 80% orang dengan penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa pun. Hidup bersama HCV namun tanpa menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Hepatitis C pada anak di bawah 12 tahun
Hepatitis C hilang tanpa pengobatan 40% sebelum anak berusia 2 tahun. Virus telah menghilang pada beberapa anak saat berusia 7 tahun.
Jika anak masih menderita hepatitis C setelah mereka berusia 2 tahun, dokter menyebutnya sebagai infeksi ‘kronis’. Sebagian besar, penyakit ini menyebabkan masalah hati ringan. Sekitar 25% anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkan jaringan parut pada hati, yang disebut sirosis. Sebagian besar lagi tidak terjadi apa-apa sampai anak tumbuh dewasa.
Jika pada akhirnya anak membutuhkan perawatan, dokter mungkin memberikan pengobatan Interferon dan Ribavirin. Studi menunjukkan itu akan mengakhiri infeksi hepatitis C pada 50% hingga 90% kasus. Ini satu-satunya pengobatan yang disetujui untuk anak di bawah 12 tahun. Efek samping yang mungkin timbul adalah kelelahan, demam, menggigil, dan kadang depresi.
Dokter akan merekomendasikan anak untuk mendapatkan vaksin hepatitis A dan hepatitis B, serta vaksin flu. Konsultasikan dengan dokter Anda tentang obat-obatan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan hati, seperti asetaminofen.
Pastikan anak menjalankan pola makan sehat, teratur dan bergizi seimbang, perbanyak buah dan sayuran, biji-bijian, dan makanan kaya protein, serta hindari garam.
Kebanyakan anak dengan hepatitis C hidup aktif dan normal, termasuk mengikuti kegiatan olahraga dan sosial. Penyakit ini tidak dapat menyebar melalui kontak biasa. Virus dapat menular ke orang lain melalui darah dan cairan tubuh, karenanya anak tidak boleh berbagi barang pribadi seperti sikat gigi dan gunting kuku dengan anak lain. Dan pastikan mereka menutup luka seperti luka dan goresan.