Anak dengan Gangguan Tics dan Sindrom Tourette
Desi Hariana | 21 Maret 2023
Banyak orang yang masih kurang memahami apakah yang disebut dengan gangguan tics dan apa hubungannya dengan Sindrom Tourette. Selain memahami perbedaannya, kita juga perlu mengetahui apa yang dialami oleh anak dengan gangguan tics dan Sindrom Tourette, serta bagaimana mengatasinya. Berikut adalah penjelasannya.
Tics
Tics merupakan gerakan atau suara yang tiba-tiba muncul secara tidak sengaja, baik pada anak maupun orang dewasa. Contoh dari tics ini adalah, kepala yang bergerak-gerak ke satu arah, tubuh yang menyentak-nyentak, kedipan mata berulang, suara berdehem atau bergemuruh dari tenggorokan. Umumnya gangguan tics pada anak akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.
Sindrom Tourette
Sindrom Tourette merupakan gangguan saraf yang ditandai dengan gejala tics yang lebih dari satu jenis (multiple). Biasanya gabungan antara fisik/motor dan vokal, misalnya kepala menyentak ke atas sambil mengeluarkan suara berulang. Gerakan ini sulit dikendalikan dan terjadi terus-menerus. Sindrom Tourette biasanya diawali di masa kanak-kanak dan disertai gangguan perilaku, contohnya hiperaktivitas atau kecemasan.
Faktor risiko tics dan Sindrom Tourette
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko anak terkena tics atau mengalami Sindrom Tourette. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Faktor genetik. Jika dalam keluarga ada yang memiliki riwayat gangguan tics atau Sindrom Tourette, maka risiko anak pun meningkat.
2. Faktor lingkungan. Terkana paparan zat beracun, infeksi virus tertentu, atau stres yang tidak diatasi dengan baik, dapat memicu atau bahkan memperburuk gangguan tics atau Sindrom Tourette pada anak.
3. Gangguan perkembangan otak. Adanya ketidakseimbangan kadar neurotransmitter di otak dapat menjadi penyebab gangguan tics dan Sindrom Tourette. Begitu juga dengan gangguan perkembangan otak seperti epilepsi, atau hiperaktivitas.
4. Jenis kelamin dan usia. Menurut penelitian, Sindom Tourette lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Dari sisi usia, biasanya Sindrom Tourette terjadi di usia 5 hingga 10 tahun. Biasanya diawali dengan gerakan di area kepala dan leher. Gejalanya akan memburuk selama usia remaja, namun berkurang di usia dewasa.
Namun demikian, tidak semua faktor risiko ini sudah pasti menyebabkan tics atau Sindrom Tourette. Anda perlu mengajak anak untuk berkonsultasi pada dokter anak, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Mengatasi tics pada anak dengan Sindrom Tourette
Tics dapat menyebabkan hambatan dalam aktivitas sehari-hari anak, terutama membuat anak merasa rendah diri atau malu pada teman-temannya. Meskipun Sindrom Tourette tidak ada obatnya, namun untuk mengurangi tics yang dialami anak, ada beberapa terapi yang disarankan, seperti:
1. Terapi perilaku. Terapi ini dapat membantu anak untuk mengendalikan dorongan atau impuls di dalam dirinya untuk melakukan tics.
2. Terapi obat-obatan. Terapi ini tentunya dilakukan atas pengawasan dokter, dan pada umumnya dapat membantu untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan tics yang dialami.
3. Terapi komplementer. Terapi yang masuk dalam kategori ini contohnya meditasi atau yoga, membantu anak untuk mengurangi stres yang dialami serta meningkatkan kontrol anak terhadap impuls.
Anak dengan gangguan tics dan Sindrom Tourette memang sebaiknya dihindarkan dari kondisi stres yang dapat memicu atau menyebabkan tics makin sering terjadi. Lebih baik lagi apabila anak diajarkan untuk mengelola kondisi stres yang dirasakannya.
Referensi: