Anak Suka Bertanya
Desi Hariana | 26 November 2020
Rasa ingin tahu sudah ada dalam susunan DNA kita. Begitu seorang anak sudah bisa bertanya, ia tak akan berhenti untuk mempertanyakan sesuatu. Bukan untuk membuat Anda kesal, tapi karena begitu banyak yang membuat mereka begitu penasaran. Usia anak prasekolah hingga sekolah memang saat yang tepat untuk memberi mereka berbagai informasi yang akan menjadi landasan pemahaman mereka akan dunia sekitar. Juga untuk mendorong rasa ingin tahu itu menjadi keinginan untuk belajar.
Rasa ingin tahu juga menular
Anak suka bertanya adalah hal yang sangat wajar, bahkan Anda perlu curiga jika anak usia prasekolah lebih banyak diam. Menurut Dr. Mary Helen Immordino-Yang, seorang profesor di bidang pendidikan, psikologi, dan ilmu saraf dari University of Southern California, Amerika Serikat, mengatakan bahwa rasa ingin tahu dapat memperkuat ingatan kita. Ini karena jawaban yang didapat dari sebuah pertanyaan akan menjadi ‘reward’ yang menyenangkan, sehingga kita akan selalu mengingatnya.
Selain itu, ditemukan bukti dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Massachusettes Institute of Technology pada tahun 2015 bahwa rasa ingin tahu ternyata dapat menular. Mereka melakukan percobaan dengan menggunakan robot yang selalu menunjukkan rasa penasaran dan kekaguman saat mendengar sebuah cerita dibacakan, ternyata anak-anak yang ikut mendengar cerita tersebut juga jadi ikut bertanya dan penasaran dengan jalan ceritanya. Hal ini tentunya sangat baik untuk proses belajar mengajar.
Jangan pernah mengelak dari pertanyaan anak
Anda perlu kembali mengingat bahwa anak suka bertanya bukan untuk membuat siapapun kesal, tapi karena mereka benar-benar ingin tahu. Jadi, sebaiknya Anda tak mengelak atau bahkan memarahi anak kala ia bertanya. Jika Anda sedang merasa lelah, beri ia pengertian untuk memberi Anda waktu istirahat, atau arahkan ia untuk bertanya pada orang dewasa lain misalnya pasangan atau kakek/neneknya.
Ada beberapa trik yang bisa Anda lakukan kala anak suka bertanya, misalnya:
- Jangan menjawab kala Anda sedang marah atau kesal. Anda malah dapat melukai perasaannya dan membuatnya justru takut bertanya.
- Ketika Anak semakin besar, sebaiknya beri umpan balik agar membuatnya ikut memikirkan jawabannya. Misalnya ketika ia melihat pengemis dan bertanya mengapa bajunya baju dan wajahnya kotor, beri pertanyaan pancingan seperti, “Menurut Adik kenapa?”, atau kalau ia bertanya kenapa adiknya menangis saat ingin minum susu, Anda bisa mengajaknya berpikir, “Adik bayi sudah bisa bicara belum, ya?”
- Jangan mengelak dari pertanyaan. Jika Anda tak tahu jawabannya, atau sedang berpikir bagaimana menjelaskan pada anak sesuai usianya, minta ia bersabar sebentar, sementara Anda berdiskusi dengan pasangan atau mencari jawabannya.
- Hati-hati saat menjawab pertanyaan sensitif. Pertanyaan tentang kematian, seks, Tuhan, musibah, menikah, dan lain sebagainya memang butuh pemikiran ekstra dari orang tua. Beberapa pertanyaan dapat dijelaskan dengan dasar ilmiah, namun ada juga yang membutuhkan pendekatan agama.
- Berilah penjelasan sesuai dengan usianya dan sederhana. Jangan memberi jawaban berputar-putar yang akan membuatnya malah tambah bingung.
- Ajari anak untuk bertanya pada tempatnya dan dengan cara yang santun. Tidak pada saat orang tua sedang bericara, atau bertanya hal-hal yang terlalu pribadi.
Anak suka bertanya merupakan pertanda ia tengah mengembangkan dan mengasah kecerdasannya. Berilah dorongan agar anak memiliki rasa ingin tahu karena hal ini akan membuatnya juga ingin belajar lebih banyak.
Referensi:
- https://www.positivediscipline.com/articles/curiosity-questions
- http://www.childsworldacademy.com/answering-why-questions-tips-for-understanding-and-handling-your-childs-curiosity/
- https://www.parentcircle.com/article/how-to-answer-your-curious-childs-questions/
- https://www.kqed.org/mindshift/51538/the-benefits-of-cultivating-curiosity-in-kids