Disiplin yang Cocok untuk Anak ADHD
Desi Hariana | 25 April 2024
Ketika anak didiagnosis ADHD, Ayah dan Ibu mungkin pertama kali akan membayangkan anak yang impulsif dan tak bisa diam. Sebenarnya, hal itu hanya sebagian kecil dari hal-hal yang akan dialami anak. Masih banyak hal lain yang menyertai gangguan ADHD dan perlu kita perhatikan pada anak. Hal ini juga mempengaruhi cara kita mendisiplinkan anak.
Karakteristik anak dengan ADHD
Sebelum melakukan pendekatan untuk mendisiplinkan anak ADHD, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dari anak. Ada tiga hal utama yang umumnya dihadapi oleh anak dengan ADHD, yaitu perilaku inattentive (tidak perhatian), hiperaktif, dan impulsif. Ketiga karakteristik utama anak dengan ADHD ini membuatnya mengalami berbagai hal yang dapat mengganggu aktivitas hariannya, seperti berikut ini:
Akibat anak kurang perhatian:
- sering terdistraksi (sulit fokus)
- seperti tak mendengarkan
- sulit diminta memperhatikan sesuatu
- tidak mengikuti instruksi dengan baik
- harus selalu diingatkan untuk melakukan sesuatu
- tidak memperlihatkan usaha yang baik dalam mengerjakan tugas sekolah
- bermasalah ketika harus mengatur sesuatu (contohnya barang-barangnya sendiri).
Akibat anak hiperaktif:
- bergerak aktif ketika harusnya tenang
- sulit diminta untuk duduk diam
- pada umumnya sering terburu-buru
- melakukan kesalahan karena terburu-buru
- selalu bergerak secara konstan.
Akibat anak impulsif:
- sering memotong percakapan
- berbicara terburu-buru atau tidak dipikirkan dahulu
- melakukan sesuatu tanpa berpikir
- melakukan apa yang mereka tahu tidak diperbolehkan
- bermasalah ketika harus menunggu, mengantri, atau berbagi
- sering emosional, tantrum, dan kurang kontrol diri.
Strategi pendisiplinan pada anak ADHD berbeda
Pada anak tipikal, mungkin strategi pendisiplinan umum yang diterapkan orangtua dapat berjalan dengan baik, namun belum tentu demikian dengan anak-anak ADHD. Contohnya, bagi anak tipikal, ketika orangtua meninggikan suara satu oktaf saja, anak akan segera menyadari ia melakukan kesalahan. Namun bagi anak ADHD, mereka menganggap hal ini adalah hal biasa yang dilakukan orangtua.
Demikian juga dengan penerapan hukuman atau sanksi bagi anak. Ketika mereka melakukan kesalahan atau tidak mengikuti instruksi, kemudian diberi sanksi (dan hal ini pasti sering terjadi), mereka akan menganggap bukan masalah besar. Mereka malah merasa bahwa hidup mereka adalah ‘serangkaian hukuman’, jadi mereka berpikir, mengapa perlu diperhatikan?
Jadi, apa yang bisa dilakukan oleh orangtua?
Anak dengan ADHD membutuhkan struktur yang lebih tegas dibandingkan anak tipikal, dan juga instruksi yang jelas. Penekanannya adalah pada hal positif yang dilakukan oleh anak. Berikan pujian setiap kali anak berhasil mengikuti instruksi atau bahkan jika itu hanya karena ia duduk diam dan tidak berlarian ke sana ke mari. Hal ini dapat menjadi kekuatan orangtua dalam menangani perilaku disruptif anak.
Para ahli menyebut struktur proaktif ini dengan sebutan ‘scaffolding’ (perancah, struktur penyangga). Anak yang mengalami masalah regulasi perilaku membutuhkan lingkungan/keluarga yang menyediakan regulasi eksternal bagi dirinya. Struktur penyangga yang dibangun oleh orangtua di sekitar anak, merupakan model dari apa yang perlu anak pelajari, dan mampu membangunnya sendiri ketika sudah bisa mengembangkan kemampuan self-regulation yang lebih baik.
Hal yang paling penting untuk diingat dalam mendisiplinkan anak ADHD adalah kita sendiri tidak boleh kehilangan kontrol diri, karena hal ini justru dapat merusak struktur yang telah hati-hati dibangun sebelumnya.
Referensi: