PSIKOLOGI ANAK

Hadiah dan Hukuman, Masihkah Efektif?

Penerapan hadiah dan hukuman atau ‘reward and punishment’ sangat populer dalam mendisiplinkan anak. Apakah benar pemberian hadiah dah hukuman masih efektif?

Anissa Aryati | 2 Desember 2021

Anak menangis dan tak mau beranjak dari rak mainan karena Anda menolak membelikannya mainan, perlukah Anda menerapkan hukuman untuknya? Bagaimana dengan anak yang membantu tugas Anda menyirami bunga setiap hari, haruskah ia memperoleh hadiah atas sikap rajinnya? Mari kita telaah lebih jauh mengenai efektivitas hadiah dan hukuman untuk mendisiplinkan anak.

Pertimbangan pemberian hadiah

Hadiah dan hukuman seringkali menjadi cara yang dianggap paling efektif oleh para orangtua untuk mendisiplinkan anak. Dengan harapan untuk membimbing anak berada di jalur yang benar, orangtua sering menerapkan hadiah untuk perilaku yang diinginkan, dan hukuman bagi perilaku yang tidak diinginkan.

Bentuk hadiah dapat berupa benda yang ia sukai, screentime, pelukan, atau pujian. Namun berhati-hatilah saat memberikan hadiah bagi anak, karena jika dalam porsi kecil memang bisa menjadi magnet bagi anak untuk berperilaku baik. Namun pemberian hadiah terlalu sering akan membuat anak hanya menargetkan hal-hal yang menguntungkan saja saat mereka dewasa nanti. Selain itu, hadiah mungkin hanya bisa bertahan sementara waktu, bahkan dapat menjadi bumerang bagi anak.

Hindari hukuman fisik

Pemberian hukuman diperlukan kehatian-hatian dalam pelaksanaannya. Jika bentuknya berupa time-out atau menyuruh anak masuk ke kamarnya, mungkin masih bisa diterima dengan baik oleh anak. Namun sering kali hukuman yang diberikan oleh orangtua bebentuk fisik atau ucapan verbal yang dapat menyakiti anak serta memberi pengaruh negatif pada perkembangannya.

Hukuman dalam bentuk fisik seperti memukul atau menampar bahkan merupakan bagian dari kekerasan pada anak dan orangtua bisa berurusan dengan hukum jika diketahui melakukannya.

Hukuman fisik tidak akan menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah perilaku anak dan bahkan dalam jangka panjang hanya akan menyebabkan ketegangan emosional antara orangtua dan anak. American Academy of Pediatrics (AAP) mengimbau para orangtua untuk menghindari tindakan hukuman fisik karena sering kali malah meningkatkan perilaku negatif seperti agresi fisik pada anak.

Pengganti hadiah dan hukuman

Pemberian hadiah dan hukuman pada anak perlu menjadi perhatian khusus bagi orangtua karena bisa jadi sudah tidak efektif lagi dalam mengubah perilaku anak. Pemberian hadiah dapat menghilangkan kesenangan yang mereka dapatkan secara alami, dan pemberian hukuman dapat membuat anak berdisiplin hanya saat dipantau orangtua saja. Untuk menggantikan hadiah dan hukuman, orangtua bisa mencoba kedua hal berikut ini:

1. Mengganti hadiah menjadi motivasi

Oangtua bisa mencoba mengalihkan pemberian hadiah dengan motivasi. Motivasi bisa menjadi sesuatu yang lebih kuat untuk menyemangati anak agar melakukan hal yang kita harapkan. Misalkan, daripada mengatakan, “Jika kamu merapikan kamar, kita bisa pergi ke taman”, kita bisa menggantinya dengan, “Beritahu ibu saat kamarmu sudah rapi, karena kita akan pergi ke taman.”

2. Mengalihkan hukuman dengan menawarkan bantuan

Mengubah hukuman menjadi bantuan pada anak untuk memperbaiki sikap yang dianggap tidak baik, dapat menjadi dorongan yang lebih efektif. Misalkan saat mendengar anak berkata kasar atau mengumpat, daripada memarahinya lalu memberinya hukuman, Anda dapat mengatakan, “Untuk sementara, ponselmu Ibu simpan sampai kamu bisa menceritakan pada ibu, apa yang mengganggu pikiranmu hingga harus berkata demikian.”

Mengganti hadiah dan hukuman dengan kedua alternatif tersebut diharapkan dapat membantu orangtua membentuk perilaku anak namun tetap memiliki hubungan yang dekat dan erat dengan anak.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan