Jangan Sampai Anak Kurang Tantangan
Desi Hariana | 21 April 2022
Anak-anak membangun rasa percaya diri mereka dari cara mereka mengatasi berbagai tantangan yang muncul dalam hidup. Ada tantangan yang bersifat eksternal, seperti kondisi keuangan keluarga, bencana alam, kematian anggota keluarga, dan lain sebagainya. Ada juga yang berasal dari dalam diri anak seperti keinginan untuk mengikuti passion-nya atau saat memutuskan untuk mengikuti kompetisi. Karena itu, jangan sampai anak kurang tantangan karena kepercayaan dirinya dapat terganggu.
Bimbingan orangtua diperlukan, namun bukan ikut campur
Sebagai orangtua tentunya kita ingin anak ‘berhasil’ dalam menghadapi segala tantangan yang ia hadapi. Namun bukan berarti merebut kesempatan mereka untuk menghadapinya sendiri, merasakan kegagalan, belajar dari kesalahan, dan bangkit kembali. Ayah dan ibu dapat membantu anak dengan cara membimbingnya, namun tidak berarti sah untuk ‘ikut campur’.
Hal utama yang perlu kita tanamkan pada diri anak adalah bahwa:
- Tantangan adalah sesuatu yang normal dan dapat dialami siapapun, termasuk orangtua.
- Karena tak ada seorang pun yang sempurna, maka tidak ada solusi sempurna dalam mengatasinya. Terutama jika anak baru pertama kali mengalaminya.
- Tak masalah jika ia gagal dalam menjalani satu tantangan, itu berarti ia bisa belajar dari kesalahannya, menyusun strategi, dan berani mencoba kembali.
Anak kurang tantangan di sekolah
Bagi anak yang sudah lebih besar, tantangan di sekolah juga turut memberi andil dalam membentuk kepercayaan dirinya. Hal yang sering sekali terjadi adalah anak dengan kemampuan belajar di atas rata-rata, mengalami kurang tantangan di sekolah. Ini karena setiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda, sehingga tantangan yang diterima anak juga berbeda.
Berikut adalah tanda-tanda anak yang kurang tantangan di sekolah:
- Sering terlihat bosan, atau kehilangan motivasi untuk belajar.
- Prestasi di sekolah yang menurun.
- Sering menunjukkan sikap tidak disiplin di sekolah.
- Mengalami masalah emosional.
- Di masa dewasanya, ia dapat mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan.
Jika hal ini terjadi pada anak, segeralah bertemu dengan wali kelas di sekolah anak untuk mendiskusikan apa yang perlu dilakukan agar anak kembali merasa tertantang. Contohnya memberikan tugas tambahan atau proyek khusus pada anak. Di rumah, orangtua dapat mengajarkan anak bagaimana menentukan tujuan tahap demi tahap agar tetap tertantang dalam belajar, selain itu juga terus mencari cara agar anak tetap merasa senang saat belajar.
Membimbing anak mengatasi tantangan
Mengatasi tantangan dalam hidup merupakan life skill yang dibutuhkan anak sepanjang hidupnya. Berikut adalah beberapa tip atau cara yang bisa Anda lakukan dalam mengajarkan anak keterampilan mengatasi tantangan:
- Memberikan contoh pada anak. Cara Anda menghadapi tantangan sehari-hari tentunya akan menjadi panduan pertama bagi anak.
- Ketika anak menemukan jalan buntu, lalu ia terlihat agak panik, ajak ia untuk berpikir atau justru menjauh sebentar dari tantangan yang dihadapinya. Dengan pikiran yang lebih segar dan hati yang lebih tenang, ia akan menemukan jalannya kembali.
- Selalu menjadi sumber kekuatan anak. Selalu siap untuk mendukung, memberi masukan, atau sekadar pelukan saat anak membutuhkannya.
- Ajari anak mengatasi stres dengan cara yang mudah ia lakukan. Misalnya menarik napas, tidur sebentar, mendengarkan musik, berolahraga ringan, atau berbicara dengan orang lain.
- Tekankan bahwa kegagalan bukan sesuatu yang perlu ditakuti. Tentunya tak ada yang melakukan sesuatu karena ingin gagal, namun tunjukkan pada anak bahwa jika hal itu terjadi, ia tetap dapat mengambil hikmahnya.
Referensi: