Kapan Perlu Waspada Ketika Anak Clumsy
Desi Hariana | 24 Maret 2023
Saat anak sering terlihat menabrak meja, kursi, bahkan orang, atau sering menjatuhkan barang yang dipegangnya, kemungkinan besar anak memiliki kebiasaan ceroboh atau clumsy. Pada kondisi kesehatan yang baik, sifat clumsy ini bukanlah masalah besar, hanya saja meningkatkan risiko anak mengalami cedera. Jadi, kapan kita perlu waspada ketika anak clumsy?
Kebiasaan ceroboh/clumsy pada anak
Munculnya kebiasaan ceroboh atau clumsy pada anak umumnya karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Mereka sedang beradaptasi dengan keterampilan yang baru mereka pelajari, seperti berdiri, atau berjalan. Anak yang lebih besar mungkin mengalaminya saat terjadi percepatan pertumbuhan (growth spurts). Atau mungkin juga, anak yang kurang perhatian pada sekitarnya.
Namun ketika anak memperlihatkan tanda kecerobohan yang semakin buruk, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bisa saja anak mengalami hal-hal seperti:
- Gangguan penglihatan.
- Masalah kaki datar atau flatfeet.
- ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) atau ASD (autism spectrum disorder).
- DCD (developmental coordination disorder) atau dikenal juga dengan dispraksia.
DCD (Dispraksia)
Kondisi DCD ini mempengaruhi kemampuan koordinasi fisik anak sehingga ia kurang mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan anak seusianya, dan tentunya kebiasaan ceroboh/clumsy. Selain anak-anak, orang dewasa pun dapat mengalami DCD karena ada gangguan pada sistem saraf atau otak.
Ketika melihat tanda-tanda berikut ini, orang tua perlu waspada ketika anak clumsy karena sudah mengarah pada DCD, yaitu:
Pada usia tumbuh kembangnya, anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik seperti merangkak, berdiri, berjalan, makan sendiri, bahkan mengenakan baju sendiri. Begitu juga dengan kemampuan yang dibutuhkan saat akan memulai masa sekolah seperti menggambar, menulis, atau melakukan aktivitas olahraga (lari, lompat, dan lainnya).
Selain masalah koordinasi fisiknya, anak dengan DCD umumnya juga mengalami gangguan sebagai berikut:
- Sulit berkonsentrasi (memiliki rentang perhatian yang sempit).
- Sulit mengikuti instruksi atau memahami informasi.
- Bermasalah dalam mengatur diri sendiri atau menyelesaikan tugas.
- Lambat ketika diajarkan keterampilan baru.
- Hambatan dalam bersosialisasi, misalnya dalam berteman.
- Perilaku yang bermasalah, karena frustrasi dengan diri sendiri.
- Rasa percaya diri yang rendah.
Penyebab DCD yang diketahui:
- Anak lahir prematur, sebelum usia gestasi (kehamilan) 37 minggu.
- BBLR atau berat badan lahir rendah.
- Memiliki riwayat keluarga yang juga mengalami DCD.
- Pola gaya hidup ibu yang tidak sehat ketika hamil, misalnya minum minuman beralkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.
Penanganan anak clumsy
Anak yang memperlihatkan kebiasaan clumsy perlu menjalani pemeriksaan yang menyeluruh terlebih dahulu. Dokter akan melihat, apakah masalah yang ia alami tergolong ringan, atau memang lebih kompleks seperti adanya pertanda DCD. Kondisi DCD pada anak dapat ditangani dengan berbagai cara, seperti terapi atau mengajarkan anak strategi untuk beradaptasi dengan kekurangannya.
Walaupun demikian, DCD pada sebagian besar anak akan terbawa hingga usia dewasa, dan tentunya ia juga perlu mendapat bantuan orang lain dalam menjalankan beberapa aktivitas.
Penanganan sedini mungkin pada anak clumsy akan membantunya untuk memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dibandingkan anak yang tidak diintervensi. Jika Ayah dan Ibu melihat beberapa gejala di atas pada anak, itulah saatnya Anda perlu waspada ketika anak ‘clumsy’.
Referensi: