Memahami Si Remaja
Desi Hariana | 21 Juli 2021
Ketika anak kita memasuki masa praremaja maupun remaja, kita mungkin akan sering terkaget-kaget dengan sikap maupun kata-katanya. Ya, ia bukan anak kecil lagi, tapi dewasa pun belum. Ada banyak perubahan di dalam tubuhnya yang membuatnya sedikit kewalahan, kadang bahkan emosional. Agar dapat memiliki hubungan yang sehat dengannya, yuk kita belajar memahami si remaja dan mendukungnya.
Bagian otak yang bekerja
Seberapa cerdasnya pun seorang remaja, ia belum menguasai ‘seni’ untuk bersikap bijaksana dalam membuat keputusan maupun menentukan sikap. Walaupun memang ada anak yang terlihat lebih ‘dewasa’ dibandingkan anak lainnya, namun ada saatnya mereka pun bertindak sesuai usia. Bagian otak untuk berpikir rasional baru akan benar-benar terbentuk sempurna di usia 25 tahun.
Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa cara kerja otak remaja dan dewasa berbeda. Orang dewasa menggunakan bagian otak prefrontal cortex, yang merespons situasi dengan sikap bijak dan memikirkan efek jangka panjang dari sebuah keputusan. Sedangkan remaja lebih banyak memproses informasi di bagian amygdala, bagian otak yang bertanggung jawab terhadap pengaturan emosi.
Di dalam otak remaja, koneksi atau hubungan antara bagian otak yang mengatur emosi dan pusat pembuat keputusan belum berkembang sempurna. Itu sebabnya mereka kadang sulit menjelaskan mengapa mereka bersikap emosional pada suatu waktu. Ini karena mereka lebih banyak merasakan daripada berpikir.
Berbagai tantangan yang dihadapi
Ada beberapa tantangan yang dihadapi si remaja dan dukungan Anda akan sangat membantu melewatinya:
1. Mendefinisikan diri sendiri sebagai individu
Ia perlu menyadari dirinya sebagai individu yang terpisah dari orang lain, termasuk orang tuanya. Orang tua dapat membantu dengan mendengarkan ide-idenya tanpa menghakimi, sesekali menerima kritikannya, dan dukung ia untuk membangun hubungan positif dengan teman-teman seusianya. Dalam hal ini, biasakan ngobrol bertukar pikiran dengan si remaja, bukan lagi komunikasi satu arah.
2. Mempraktekkan nilai-nilai yang mereka miliki
Inilah saat yang tepat bagi anak untuk mempraktekkan berbagai nilai yang ia pelajari dan miliki dari kita, gurunya, maupun orang lain di sekitarnya. Beri ruang bagi si remaja untuk menjalankan apa yang ia yakini dan percayai, tentunya dengan bimbingan Anda.
3. Mengatasi perubahan tubuh dan perasaan yang terjadi
Perubahan fisik yang ia alami tentunya akan berpengaruh juga pada perasaannya. Bantu si remaja untuk merasa nyaman dengan tubuhnya saat ini, serta tanamkan imej diri positif padanya. Wajar jika ia sudah merasa tertarik pada lawan jenis di tahapan ini. Hindari menakut-nakutinya atau menanamkan rasa berdosa jika memiliki perasaan tersebut. Jadikan Anda tempat anak untuk bertanya.
4. Mempersiapkannya beradaptasi dengan dunia luar
Suatu saat, ia akan pergi dari rumah dan menjadi orang dewasa yang memiliki fungsi dan tanggung jawab sosial. Anda dapat membantu anak mempersiapkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat. Misalnya dengan mengajari berbagai keterampilan hidup, termasuk memberinya tugas rumah tangga, pengetahuan yang dibutuhkan dalam bersosialisasi, berempati pada orang lain, cara mengatasi berbagai konflik, dan lain sebagainya.
Memahami si remaja berarti Anda juga harus siap untuk memperlakukannya bukan sebagai anak kecil lagi. Ada hal-hal yang mungkin bagi Anda terasa terlalu cepat atau belum waktunya. Namun cepat atau lambat, Anda memang harus mengajari anak bersikap mandiri dan mampu berpikir untuk dirinya sendiri. Jangan menunda-nunda, karena hal ini hanya akan merugikan ia di masa yang akan datang.
Referensi: