KESEHATAN ANAK

Membedakan Melamun yang Wajar dan Tidak

Anak dapat melamun karena sedang terdistraksi atau memang ada masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Bagaimana membedakan melamun yang wajar dan tidak? Yuk, cari tahu di artikel berikut.

Desi Hariana | 29 Februari 2024

Otak anak-anak bisa diibaratkan seperti lalu lintas pada jam sibuk, berbagai informasi berseliweran antara setiap sel otaknya, dan hal ini kadang membuat anak sesekali terlihat melamun atau ‘spacing out’. Meskipun hal ini termasuk wajar, kita tetap perlu memperhatikan sinyal bahwa ada masalah kesehatan yang dialaminya.

Bagaimana cara membedakan melamun yang wajar dan tidak?

Alasan umum mengapa anak melamun

Melamun, spacing out, zoning out, atau daydreaming sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, tapi juga orang dewasa. Melamun merupakan tanda bahwa pikiran kita sedang berada ‘di tempat lain’. Banyak alasan mengapa hal ini terjadi, berikut adalah beberapa diantaranya:

  • Kelelahan. Anak yang terlalu banyak aktivitas, kadang melamun karena sebenarnya tubuh sudah ingin beristirahat, namun otak masih berusaha terjaga.
  • Distraksi atau adanya pengalihan. Anak bisa saja melamun karena sedang memikirkan hal lain yang akan dihadapi, misalnya menjalani tes, harus tampil di panggung, dan lain sebagainya.
  • Stres. Rasa tertekan juga dapat membuat seorang anak banyak melamun, bahkan tidak peduli dengan apa yang sedang ia lakukan.

Masalah medis yang dapat menyebabkan anak melamun

Meskipun hal ini lebih jarang terjadi, namun melamun juga dapat merupakan pertanda bahwa anak mengalami gangguan kesehatan, seperti misalnya:

  • Hipotensi. Tekanan darah rendah menyebabkan asupan oksigen ke otak berkurang, hal ini dapat menyebakan pusing atau kepala terasa ringan. Anak juga dapat kelihangan fokus pada sekelilingnya untuk beberapa menit.
  • Hipoglisemia. Turunnya kadar gula darah juga dapat memberikan efek seperti hipotensi, bahkan dalam kasus tertentu, anak bisa mengalami kehilangan kesadaran.
  • Migren. Sakit kepala yang sangat menyakitkan ini dapat membuat anak jadi tidak memperhatikan sekelilingnya.
  • Pengaruh obat. Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan anak mengantuk sehingga terlihat sering melamun.
  • TIA (transient ischemic attack). Stroke ringan yang tidak menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel otak. Hal ini lebih sering terjadi pada orang dewasa di mana pasien tetap sadar, namun kadang tidak bisa berkomunikasi.
  • Kejang absans (petit-mal). Kejang ini umumnya terjadi pada anak usia 4-14 tahun, dimana terjadi aktivitas listrik yang tak normal di sel otak. Anak akan diam dan menatap ke depan, ia mungkin mengeluarkan bunyi-bunyian dari mulutnya, dan tidak merespons orang lain. Biasanya kejang absans hanya berlangsung selama 15 detik. Setelah kejang berakhir, anak akan kembali beraktivitas seakan tidak terjadi apa-apa
  • Narkolepsi. Kondisi di mana anak dalam kondisi tertidur saat sedang beraktivitas. Anak mungkin saja bermimpi saat melakukan aktivitas tersebut.
  • TGA (transient global amnesia). Adanya interupsi pada memori jangka pendek. Jadi, anak terlihat seperti baik-baik saja, namun ia tak mengingat apa yang sedang terjadi. Anak dapat saja tersesat ketika sedang berjalan, atau tidak menyelesaikan aktivitas yang sedang dilakukannya.

Kita perlu semakin waspada apabila melamun ini sering dilakukan anak, ada memori anak yang hilang, perilakuknya jadi aneh, tidak bisa mengontrol keinginan BAK atau BAB, atau mengalami cedera karena sering melamun. Itu sebabnya Ayah dan Ibu diharapkan dapat mendeteksi atau membedakan melamun yang wajar dan tidak dari perilaku anak. Segera bawa ia berkonsultasi ke dokter apabila ditemukan adanya gangguan kesehatan yang perlu penanganan medis.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan