Mengapa Ibu Mudah Marah dan Pengaruhnya pada Keluarga
Anissa Aryati | 22 Maret 2021
Menjadi ibu memang membuat Anda rentan bersikap emosional. Banyak hal yang dapat membuat Ibu mudah marah. Namun sering kali amarah ini menjadi tidak terkendali dan ibu dapat saja meluapkannya pada Si Kecil. Tentu saja setelahnya ibu merasa bersalah, namun anak sudah terkena efeknya. Jika hal ini sering terjadi, sebaiknya berkonsultasilah dengan ahli untuk memastikan apakah sedang terjadi gangguan kesehatan fisik atau mental pada ibu.
Berbagai hal dapat menjadi pemicu amarah
Marah adalah bentuk kecemasan yang bisa dipicu berbagai hal, seperti kekhawatiran dan ketakutan. Emosi ibu kadang muncul dalam bentuk sikap, ucapan, atau makian yang kadang diikuti dengan kata-kata kasar dan suara tinggi. Hal ini tentu saja dapat menyakiti siapapun yang menjadi luapan kekesalan ibu. Kemarahan menjadi gelombang frustrasi yang sulit terelakkan, membuat ibu kadang tidak mengenali diri sendiri atau merasa ‘terperangkap’ kondisi tersebut.
Penyebab kemarahan ibu bisa dipicu hal yang kompleks. Misalnya perilaku anak yang nakal, masalah rumah tangga, keuangan, maupun beban pekerjaan yang terlalu banyak. Terutama jika ibu juga merangkap sebagai pencari nafkah. Margaret Sky, seorang konselor kesehatan mental klinis, mengungkapkan bahwa menjadi ibu membuat seseorang berhadapan langsung dengan masalah.
Amarah ibu bisa dengan spontan meluap ketika merasakan cemas atau khawatir yang luar biasa. Misalnya ketika anak tiba-tiba melepaskan pegangan tangan ibu dan berlari ke area parkiran ataupun eskalator.
Kemarahan juga bisa muncul karena kesedihan. Misalkan ketika ayah tiba-tiba membatalkan liburan ulang tahun anak yang jauh-jauh hari sudah ibu susun dan persiapkan, karena ada pekerjaan yang mendadak. Kondisi-kondisi inilah yang pada akhirnya membuat ibu frustrasi dan meluapkan amarah.
Selain hal yang berhubungan dengan emosi, kondisi ibu mudah marah juga dapat terjadi karena masalah kesehatan. Ibu sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk mengecek apakah mengidap penyakit hipertensi, insomnia, sakit kepala, sakit gigi, alergi, masalah pencernaan, maupun tanda-tanda stroke.
Manajemen emosi
Brandy Wells, seorang pekerja sosial berlisensi yang mengkhususkan diri dalam kesehatan mental masa kanak-kanak, mengungkapkan bahwa ketika seorang anak berperilaku negatif, maka ibu akan terkena imbasnya. Ibu menjadi mudah marah dan frustrasi. Pada sebagian ibu, ekspresi marah yang muncul sulit atau tak bisa dikendalikan. Dalam hal ini, ibu perlu melakukan manajemen emosi sebelum permasalahan meningkat menjadi pertengkaran besar dengan anggota keluarga lainnya.
Bagaimana cara menjalani manajemn emosi pada ibu agar tidak mudah marah? Berikut beberapa caranya:
- Antisipasi kemarahan dengan memahami hal-hal apa saja yang dapat memicu kemarahan ibu, bagaimana menghindari kemarahan tersebut, serta upaya apa yang dapat dilakukan untuk meredam kemarahan.
- Alihkan emosi untuk menenangkan diri, misalnya dengan cara mengambil napas dalam-dalam, melakukan meditasi, yoga maupun istirahat.
- Bicaralah dengan seseorang yang ibu percayai tentang perasaan ibu.
- Temui konselor atau psikolog jika rasa marah ibu bersumber pada hal-hal yang bersifat traumatis.
Melakukan manajemen emosi yang baik dapat memotivasi ibu untuk melakukan perubahan yang positif. Kemarahan yang tak terkendali akan merusak hubungan ibu dengan orang-orang yang ibu sayangi. Jadi, sebaiknya ibu segera mengetahui penyebab mudah marah dan mengatasinya.
Referensi: