Mengasuh Anak Laki-laki dan Perempuan
Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog | 31 Oktober 2020
Memiliki anak laki-laki atau perempuan adalah sesuatu yang patut disyukuri. Mengasuh anak laki-laki dan perempuan membuat orang tua kadang dihadapkan pada kebimbangan untuk menentukan pola asuh yang tepat bagi mereka. Apalagi karena di zaman sekarang kesempatan terbuka lebar untuk anak laki-laki maupun perempuan untuk meraih hal yang sama di berbagai bidang.
Beda jenis beda kemampuan
Anak laki-laki maupun perempuan pada dasarnya memiliki perbedaan yang mendasar baik secara fisik (biologis), perkembangan motorik dan kognitif, maupun perilaku sosial dan kepribadian. Dari sisi fisik, anak laki-laki cenderung memiliki lebih banyak hormon testosteron, sementara perempuan lebih banyak estrogen. Usia puber pun berbeda, perempuan umumnya mengalami pubertas di usia yang lebih muda dibandingkan laki-laki.
Dalam hal perkembangan motorik, anak perempuan cenderung lebih unggul dalam kegiatan motorik halus, seperti meronce, main congklak, atau mewarnai tanpa keluar garis. Sementara anak lelaki cenderung lebih unggul dalam pengembangan motorik kasar, misalnya bermain sepak bola, lomba lari, atau meloncat-loncat di atas trampolin.
Mana yang lebih cerdas?
Belum ada penelitian yang menyatakan bahwa salah satu jenis kelamin terbukti lebih cerdas. Perbedaannya, anak laki-laki lebih unggul dalam menyelesaikan persoalan yang menyangkut kecerdasan spasial (memahami ruang), sedangkan perempuan lebih unggul dalam bidang bahasa.
Dalam mengekspresikan emosi negatif, anak laki-laki cenderung pemarah, sedangkan anak perempuan mudah sedih. Anak perempuan juga lebih mudah jatuh iba pada orang lain, di sisi lain, anak laki-laki lebih cepat mengambil keputusan. Anak laki-laki juga cenderung lebih agresif dan percaya diri dibandingkan anak perempuan.
Bagaimana bentuk pengasuhan yang tepat?
Dalam mengasuh anak laki-laki dan perempuan sebenarnya tidak perlu terlalu dibedakan agar anak merasa diperlakukan adil, sehingga mereka juga bisa lebih sensitif dan fleksibel. Beranjak dewasa, anak perempuan dan laki-laki juga membutuhkan sikap feminin dan maskulin. Contohnya, sebagai ayah ia nanti diharapkan bisa menggendong bayinya, sedangkan sebagai ibu juga harus bisa mengganti tabung gas ketika ayah sedang tidak di tempat.
Tapi terlalu disamaratakan pun tak tepat, karena kemungkinan terjadi kebingungan jender atau bahkan orientasi seksual. Ada hal-hal yang harus diajarkan orang tua mengenai perbedaan-perbedaan jender ini.
Ada beberapa hal yang perlu diingat orang tua saat mengasuh anak laki-laki dan perempuan:
- Biarkan anak melakukan berbagai kegiatan. Tetaplah sensitif terhadap apa yang menjadi minat masing-masing anak.
- Ajarkan perbedaan jender lewat perilaku sehari-hari dari ayah dan ibu, hati-hati jangan terjebak stereotip dimana ayah hanya bertugas bekerja di kantor dan ibu mengurus segala kebutuhan keluarga di rumah.
- Beri kesempatan lebih banyak bagi ibu untuk bermain dengan anak perempuannya, dan ayah dengan anak laki-lakinya. Mereka belajar dari interaksi dengan orang dewasa yang berjender sama.
- Interaksi antara ayah dan ibu juga mengajarkan anak bagaimana bersikap terhadap jender yang berbeda. Bagi orangtua tunggal, Anda dapat melibatkan keluarga besar seperti nenek, kakek, oom atau tante.
- Biarkan anak bermain apa yang dia inginkan. Jangan melarang anak laki-laki bermain rumah-rumahan, atau anak perempuan bermain mobil-mobilan. Memarahi anak malah akan membuat mereka semakin penasaran.
Mengasuh anak laki-laki dan perempuan di zaman sekarang memang hampir sama dengan sedikit perebedaan. Ajak anak berdiskusi mengenai perasaan atapun pengalamannya.