Menyamakan Visi dengan Pasangan
Desi Hariana | 8 Maret 2021
Relationship vision atau visi dalam hubungan sangatlah penting dalam kehidupan pernikahan. Saat memasuki sebuah pernikahan, masing-masing dari kita sudah memiliki satu set standar nilai dan harapan berdasarkan pengalaman, cita-cita, kebiasaan, bahkan keinginan. Jika berbagai standar nilai dan harapan tersebut tidak bentrok atau sejalan dengan apa yang dimiliki oleh pasangan, tak akan sulit untuk membentuk relationship vision dengannya.
Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya, kemungkinan besar akan sering terjadi gesekan atau perselisihan. Besar atau kecilnya perselisihan, tentu akan memengaruhi kondisi mental Anda dan pasangan dalam menjalani pernikahan. Itu sebabnya mengapa kita perlu menyamakan visi dengan pasangan jika terjadi perbedaan standar nilai dan harapan yang dimiliki oleh masing-masing.
Membuat vision board
Vision board atau papan visi ini adalah sebuah alat yang digunakan sebagai ‘wadah’ untuk menampung dan merangkum pemikiran Anda dan pasangan. Bisa berupa apapun seperti kertas gambar atau notebook untuk menuliskan berbagai pemikiran Anda berdua.
Dalam papan visi ini, baik Anda maupun pasangan mengisinya dengan berbagai hal yang penting untuk dijaga atau dijalankan sebagai standar nilai bersama. Misalnya:
- saling menghargai dan menghormati
- menjunjung kejujuran
- tidak mendiskreditkan pasangan di depan orang lain, bahkan keluarga
- pantang berkata kasar, meskipun sedang marah
- menahan diri untuk tidak responsif jika salah satu sedang marah
- tidak boleh ribut masalah uang, semua harus bisa dikomunikasikan
- dan lain sebagainya
Hal-hal yang lebih berat untuk dibicarakan
Sepertinya memang lebih mudah membicarakan hal yang sifatnya ‘utama’ dalam pernikahan, karena biasanya visi pasangan tak terlalu jauh berbeda. Namun bagaimana dengan hal-hal yang berat untuk dibicarakan? Ini biasanya sulit diungkapkan karena takut mendapat respons negatif dari pasangan. Padahal, ini justru dapat menjadi bom waktu yang berbahaya.
Di sinilah Anda perlu berkomunikasi secara aktif dengan pasangan. Apa saja yang perlu dibahas dalam sesi yang lebih dalam ini? Berikut beberapa diantaranya:
Pandangan serta harapan terhadap satu sama lain. Hal-hal apa yang dianggap mengganggu dari kebiasaan atau cara berpikir pasangan dan harapan untuk dilakukan penyesuaian. Hal ini berlaku dua arah.
Perspektif keluarga menurut pendapat pribadi dan harapan masa depan. Berapa jumlah anak yang diinginkan, menyekolahkan anak di sekolah internasional atau negeri, membeli rumah atau apartemen, di tengah atau pinggiran kota, dan lain sebagainya.
Pengaturan keuangan keluarga. Siapa yang mengatur keuangan keluarga, apakah perlu joint account, pentingnya menabung, berapa persen dari penghasilan istri yang dipergunakan untuk pengeluargan keluarga, dan seterusnya.
Pengasuhan anak. Bentuk pengasuhan dan pendisiplinan seperti apa yang sesuai untuk keluarga.
Sebenarnya pembicaraan ini penting dilakukan sebelum menikah, namun banyak pasangan yang luput melakukannya. Tidak ada kata terlambat untuk menyamakan visi dengan pasangan. Anda harus membuka diri dan tidak mendahulukan ego karena pernikahan adalah sesuatu yang dijalankan bersama-sama. Jika sampai terjadi ketidaksepakatan atau deadlock, Anda dapat meminta bantuan pihak ketiga, misalnya anggota keluarga yang dipercaya atau konsultan pernikahan.
Referensi: