Pemberian Obat pada Anak Balita
Desi Hariana | 23 Mei 2022
Pemberian obat pada anak balita memang tak bisa dihindari, karena suatu saat anak bisa saja terkena penyakit dan perlu diberi obat agar bisa sembuh. Namun pemberian obat pada anak juga tak bisa sembarangan, karena ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Dengen ketelitian orangtua, anak dapat terhindar dari kemungkinan overdosis atau keracunan obat.
Peraturan umum yang perlu diikuti
Berikut adalah beberapa aturan umum tentang pemberian obat pada anak balita:
- Selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Mintalah resep pada dokter anak lengkap dengan cara pemberiannya. Jangan berikan anak obat yang dijual bebas tanpa berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter anak.
- Hindari pemberian obat herbal pada anak. Pada umumnya obat herbal belum terbukti khasiatnya bagi anak, sehingga sebaiknya dihindari.
- Hanya memberikan obat khusus untuk anak. Komposisi dan dosis obat untuk dewasa dan anak tentu berbeda, sehingga kita tidak boleh memberikan obat dewasa untuk anak.
- Membaca cara pemberian obat dengan baik. Jika tidak ada atau tidak tercatat di kemasan obat, mintalah dokter anak untuk memberikan cara pemberian obat tersebut. Dosis biasanya akan diberikan berdasarkan usia dan berat badan anak.
- Membuat catatan. Jangan sampai ayah dan ibu di saat yang hampir bersamaan memberikan obat pada anak. Buatlah catatan apakah hari itu anak sudah diberi obat, jam berapa dan berapa dosisnya (misalnya berapa tetes atau sendok obat).
- Jangan memberikan obat untuk anak lain. Walaupun gejala dan penyakitnya sama, namun setiap anak memiliki kondisi tersendiri yang membuat pemberian obat tidak bisa disamakan jenis maupun dosisnya.
- Perhatikan masa daluarsanya. Kadang orangtua terlalu memerhatikan dosis tapi lupa memerhatikan tanggal daluarsa yang tertera pada kemasan obat.
- Menyimpan obat di tempat yang jauh dari jangkauan anak. Letakkan kotak obat di tempat yang sulit dijangkau anak.
Pemberian obat sesuai usia anak
Ayah dan ibu sebaiknya tidak menyebut obat sebagai ‘permen’ atau ‘sirup’ pada anak balita, karena selain membohongi anak, ia bisa jadi tertarik untuk mencarinya lalu meminumnya lagi jika suka dengan rasanya. Hal ini dapat berbahaya karena anak dapat mengalami overdosis obat.
Berikut adalah beberapa saran untuk pemberian obat pada anak balita:
1. Bayi (di bawah 1 tahun)
Letakkan bayi di pangkuan Anda seperti akan menyusuinya, tangan yang dekat dengan Anda diletakkan ke arah belakang badannya, tangan bayi yang lain Anda pegangi. Berikan obat dalam bentuk sirup atau bubuk yang dicairkan ke dalam mulut bayi sedikit demi sedikit untuk menghindari bayi tersedak. Jika rasanya manis, bisa juga dimasukkan ke dalam botol agar bayi mengisapnya sendiri.
2. Anak usia toddler (1-3 tahun)
Anak usia ini masih sering melakukan perlawanan saat akan diberi obat. Jelaskan kepada anak mengapa ia perlu minum obat. Lakukan pemberian obat pada anak ketika ia sedang tenang. Jika perlu, Anda dapat memeluknya agar Si Kecil tak banyak bergerak. Jika terlalu menyulitkan, tunggu sekitar setengah jam sebelum mencobanya kembali.
3. Anak usia prasekolah (3-5 tahun)
Gunakan pendekatan yang langsung karena anak usia prasekolah umumnya sudah paham mengapa ia perlu minum obat. Memberinya iming-iming reward juga dapat membuat anak lebih kooperatif. Anda juga bisa menuruti anak jika itu membuatnya lebih mudah diberi obat. Misalnya Si Kecil sendiri yang menyuapkan obatnya, atau diberi permen setelah meminum obat yang rasanya pahit.
Perlu diketahui bahwa pemberian obat pada anak tidak boleh dengan cara memaksa anak sehingga ia trauma. Kita perlu mencoba berbagai trik dan pendekatan untuk pemberian obat pada anak balita. Biasanya baik orangtua maupun Si Kecil akan menemukan cara tersendiri agar ‘acara’ minum obat ini berlangsung dengan lancar.
Referensi: