Perilaku Repetitif pada Anak, Kapan Perlu Khawatir?
Desi Hariana | 5 Mei 2023
Perilaku repetitif atau pengulangan memang sering kali identik dengan berbagai kondisi atau gangguan pada anak, seperti ASD (autism spectrum disorder), ADHD (attention deficit/hyperactivity disorder), hingga OCD (obsessive compulsive disorder). Namun perlu kita ingat bahwa tidak semua anak dengan perilaku repetitif mengalami kondisi atau gangguan medis.
Jenis perilaku repetitif
Ada beberapa jenis perilaku repetitif yang dapat kita temukan pada anak, berikut adalah yang paling umum atau sering ditemukan pada anak:
- Mengulang kata-kata atau frasa tertentu secara terus-menerus, contohnya dengan memanggil-manggil nama orang, atau mengucapkan kata-kata yang mungkin tidak akrab di telinga kita.
- Mengulang gerakan tubuh, seperti menggoyang-goyangkan badan, mengibas-ngibaskan tangan, atau mengangkat dan menurunkan jari tangan (sering juga disebut stimming).
- Sering terlihat sangat fokus pada objek atau topik tertentu, misalnya pada angka, huruf, atau jadwal tertentu.
- Memiliki rutinitas yang sangat konsisten (tepat waktu), misalnya jadwal harian setiap hari, mulai dari mandi, berpakaian, hingga pulang dari sekolah.
Beberapa anak melakukan perilaku repetitif ini sebagai cara untuk mengatasi rasa stres dan cemas yang dirasakan, atau karena ia merasa nyaman dan aman dengan jadwal harian yang dilakukan secara konsisten. Jadi, tidak selalu perilaku repetitif ini merupakan tanda adanya gangguan pada anak.
Kapan perlu khawatir?
Ada beberapa hal yang bisa menjadi pertanda bahwa Anda perlu khawatir pada perilaku repetitif yang diperlihatkan oleh anak. Berikut beberapa diantaranya:
- Hal yang dilakukan anak mengganggu aktivitas sehari-harinya, misalnya membuat anak jadi tidak bisa memperlihatkan kemampuannya di sekolah, atau menghambatnya dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
- Perilaku repetitif yang dilakukan anak mengganggu kesehatan atau keselamatannya, serta membahayakan orang lain. Misalnya ia memukul-mukul kepala terus-menerus, atau melempar benda-benda yang ada di sekitarnya.
- Perilaku yang berulang tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama dan sulit diubah, meskipun orangtua maupun pengasuhnya sudah berusaha untuk mengubahnya.
- Anak melakukan perilaku repetitif ini dengan intensitas tinggi, bahkan ekstrem, sehingga baik orangtua maupun pengasuh mengalami kesulitan untuk mengontrol anak, serta tak memahami perilakunya itu.
Memang benar bahwa tidak semua perilaku repetitif pada anak ini menandakan adanya kondisi medis atau gangguan perkembangan. Namun ada baiknya ketika orangtua atau pengasuh mulai merasa khawatir dengan perilaku repetitif ini, sebaiknya tidak menunda untuk membawa anak berkonsultasi ke dokter atau psikolog anak.
Begitu juga jika orangtua maupun pengasuh merasa khawatir bahwa anak mengalami autisme, karena perilaku repetitif memang merupakan salah satu ciri khas dari autisme. Hal ini bahkan dapat menjadi tanda awal untuk mengidentifikasi anak yang mungkin memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk kemungkinan ia mengalami ASD.
Referensi: