Sindrom Kelelahan Kronis
Desi Hariana | 24 Maret 2021
Sindrom kelelahan kronis sebenarnya termasuk gangguan yang sulit untuk didiagnosis. Alasannya karena gejala yang ditunjukkan mirip dengan beberapa penyakit atau gangguan lain. Jadi, dokter harus memeriksa secara keseluruhan, baik fisik maupun mental dari penderita yang memperlihatkan gejala, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit atau gangguan lain.
Lebih banyak ditemukan pada perempuan
Sindrom kelelahan kronis dalam dunia medis dikenal sebagai myalgic encephalomyelitis yang sering ditulis sebagai ME/CFS. Istilah terakhir yang disarankan untuk gangguan ini adalah systemic exertional intolerance disease (SEID). Walaupun gangguan ini bisa menyerang siapa saja, namun lebih banyak ditemukan pada perempuan usia 40-50 tahun. Para ahli menemukan bahwa perempuan bisa dua hingga empat kali lipat lebih berisiko menderita ME/CFS dibandingkan laki-laki.
Penyebab sindrom kelelahan kronis hingga saat ini masih diteliti lebih mendalam. Namun demikian, beberapa faktor yang diduga dapat mendorong munculnya ME/CFS, yaitu:
- infeksi virus
- melemahnya sistem imunitas
- tekanan psikologis (stres, depresi, dan lainnya)
- ketidakseimbangan hormonal
Gejala yang diperlihatkan
Ada beberapa gejala gangguan sindrom kelelahan kronis, dapat memengaruhi secara fisik, juga psikis. Berikut gejalannya:
Fisik
- gangguan tidur (insomnia, tidak merasa cukup istirahat ketika bangun, dan lain sebagainya)
- sering sakit kepala
- otot terasa pegal atau nyeri
- persendian yang terasa nyeri dengan kemungkinan terjadi pembengkakak dan memerah
- sering juga merasa sakit tenggorokan
- pembengkakan kelenjar limfa di daerah leher dan ketiak.
Psikis
- kemampuan mengingat berkurang (sering lupa)
- sulit berkonsentrasi
- sering merasa pusing (seperti mau pingsan), ketika hendak berdiri dari posisi duduk atau tidur. Kondisi ini disebut juga sebagai orthostatic intolerance.
Dapat membaik atau memburuk
Penyebab sindrom kelelahan kronis sulit didiagnosis, selain karena gejalanya mirip dengan penyakit lain, juga karena kondisi bisa membaik atau memburuk tapi tak pernah benar-benar hilang. Gejala bisa hilang selama beberapa waktu (disebut faktor remisi), dan bisa tiba-tiba timbul lagi (relaps). Jika kondisi ini sudah dialami selama enam bulan terakhir, walaupun hilang timbul, sudah bisa dimasukkan sebagai salah satu gejala sindrom kelelahan kronis.
PEM (post exertional-malaise)
Kondisi kelelahan yang dirasakan penderita sindrom kelelahan kronis ini dapat memburuk akibat melakukan kegiatan yang secara fisik melelahkan atau mengalami stres yang berlebihan. Kondisi ini disebut dengan PEM dan dapat muncul sekitar 12-48 jam setelah terjadinya penyebab kelelahan. Itu sebabnya penderita sindrom kelelahan kronis perlu mengetahui kondisi apa saja yang dapat membuatnya kelelahan dan mengatur jadwal sehari-harinya dengan baik agar tidak mengalami PEM.
Upaya memperbaiki kondisi
Meskipun. banyak penelitian tentang ME/CFS, namun hingga saat ini para ahli belum menemukan terapi penyembuhan yang tepat. Bahkan disebutkan bahwa rasio sembuh dari gangguan ini hanya sekitar 5%, dengan kata lain, bagi penderitanya kondisi dapat hilang-timbul seumur hidup.
Biasanya dokter akan mengatasi gejalanya satu per satu, baik dengan terapi obat maupun konseling. Pola hidup sehat seperti menghindari rokok dan minuman beralkohol, makan makanan sehat, serta berolahraga ringan secara rutin tetap dapat memberikan kontribusi positif pada penderita sindrom kelelahan kronis.
Sebaiknya konsultasikan ke dokter jika akan menjalani pengobatan alternatif seperti akupunktur atau mengonsumsi obat herba. Beberapa penderita justru menunjukkan gejala yang memburuk kala menjalani pengobatan tersebut. Penderita sindrom kelelahan kronis perlu mengelola gangguan yang ia alami dan berpikir positif agar tetap dapat menjalani berbagai kegiatan sehari-hari dengan baik dan hati senang.
Referensi: