Wanita yang Berisiko Mengalami Perdarahan Pascamelahirkan
Anissa Aryati | 25 Juli 2021
Saat melahirkan wanita mengeluarkan banyak darah dan setelah bayi lahir darah yang dikeluarkan semakin deras dan tak kunjung berhenti. Kondisi ini membuat dokter mewaspadai terjadinya perdarahan pascapersalinan. Apalagi melihat kesehatan ibu yang terus menurun dan melemah maka penanganan intensif harus dilakukan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Jarang tapi berisiko
Perdarahan setelah melahirkan atau Pospartum Hemorrhage (PPH) memang tidak terlalu banyak dijumpai saat persalinan, hanya sekitar 1-5% wanita mengalaminya. Perdarahan biasa terjadi di hari pertama pascamelahirkan dan perdarahan hebat bisa berlangsung hingga 12 minggu.
Perdarahan umumnya terjadi saat rahim melakukan kontraksi untuk mendorong plasenta keluar. Apabila kontraksi yang dilakukan tidak cukup kuat maka pembuluh darah akan mengeluarkan darah lebih banyak dan menyebabkan terjadinya perdarahan secara hebat. Sebab lain dari perdarahan pascamelahirkan dikarenakan oleh potongan-potongan plasenta yang sulit dilepaskan dari dinding rahim.
Perdarahan hebat ditandai dengan keluarnya darah, penurunan tekanan darah secara drastic, yang tak jarang menyebabkan ibu menggigil dan bahkan pingsan. Kondisi ini dapat menyebabkan syok di mana terganggunya aliran darah ke seluruh tubuh dan kasus terparah bisa berujung pada kematian.
Pemicu perdarahan
Perdarahan pascamelahirkan terjadi apabila darah yang dikeluarkan lebih dari 1000 ml pasca persalinan pervaginam dan mengakibatkan tanda atau gejala ketidakstabilan volume darah yang bersirkulasi.
Dalam suatu studi mengenai perdarahan pacamelahirkan ternyata kasus ini banyak ditemukan di negara berkembang khususnya di Asia. Perdarahan ini bisa terjadi pada siapapun termasuk wanita yang baru melahirkan pertama, bahkan pada mereka yang tidak pernah memiliki riwayat perdarahan persalinan sama sekali.
Wanita yang berisiko mengalami perdarahan pascamelahirkan adalah yang mengalami hipertensi saat hami, hamil dengan bantuan teknologi reproduksi, mengalami kenaikan berat badan lebih dari 15 kg selama kehamilan, janin mengalami makrosomia dengan ukuran lebih dari 4000g.
Kondisi lain bisa membuat wanita berisiko mengalami perdarahan pascamelahirkan adalah:
- Kondisi pada rahim, misalnya otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (atonia urteri), rahim keluar setelah melahirkan (inversi uterus) dan rahim sobek setelah persalinan (ruptur uteri).
- Kondisi plasenta yang tertahan.
- Kondisi saat melahirkan, seperti operasi Caesar yang mengalami masalah tertentu.
Memantau faktor-faktor risiko yang teridentifikasi dapat meningkatkan kewaspadaan untuk meminimalisir terjadinya perdarahan pascamelahirkan. Wanita yang berisiko mengalami kondisi ini sebaiknya saat pemeriksaan prenatal membicarakan dengan bidan atau dokter kandungan. Ikuti anjuran dari bidan atau dokter agar persalinan berjalan aman.
Referensi: