Agar Anak Tak Kecanduan Permainan Digital
Fauziah Zulfitri, S.Psi | 19 September 2019
Menurut Kahardityo, peneliti dari Pusat Kajian Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, ada yang disebut sebagai digital native atau ‘penduduk asli di dunia digital’. Mereka lahir dan tumbuh di era digital yang membuat mereka memiliki cara berpikir, berbicara dan bertindak, berbeda dengan generasi sebelumnya (digital immigrant).
Keberadaan gadget dan internet saat ini memang membuat anak-anak memiliki akses yang lebih luas ke dunia maya. Terutama yang berhubungan dengan permainan daring. Para pakar mengkhawatirkan para digital native ini cenderung tidak memiliki kecerdasan sosial jika mengalami kecanduan.
Berikut tip agar anak tidak kecanduan terhadap permainan, terutama yang dapat dilakukan secara daring:
- Lebih baik gawai atau gadget mulai diberikan hanya untuk anak berusia 5 tahun ke atas. Di bawah usia tersebut, anak harusnya lebih banyak aktif bermain dan bergerak dengan mainan yang lebih nyata. Hal ini membuat anak mendapatkan stimulasi aktif bagi otak dan psikomotoriknya.
- Sebaiknya diberikan waktu maksimal hanya sekali dalam seminggu maksimal satu jam waktu di depan layar, agar anak bisa menggunakan waktunya yang lain untuk melakukan aktivitas fisik, membaca buku dan bersosialisasi dengan anak-anak lain.
- Orangtua memberikan contoh untuk tidak terlalu banyak menggunakan perangkat smartphone/gadget di hadapan anak. Rasa ingin tahu anak yang besar bisa terpancing jika orangtua sendiri memperlihatkan bahwa gawai adalah benda yang sangat menarik perhatian.
- Hindari anak punya rasa memiliki yang tinggi terhadap benda-benda tersebut. Anak harus tahu bahwa ia boleh memainkannya, tetapi baik gawai atau konsol tersebut milik orangtua yang hanya dipinjamkan dan boleh diminta kembali oleh orangtua.
- Membuat/merancang kegiatan untuk anak yang lebih membuat anak-anak aktif secara fisik dan bisa membantu anak bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.
- Mengajak anak berdiskusi mengenai sisi baik dan buruk dari permainan yang ia mainkan, dengan bahasa yang bisa dipahami oleh anak.
- Penggunaan gawai atau konsol tersebut harus di bawah pengawasan atau kontrol orangtua.
Jika anak masih melakukan ‘perlawanan’, maka orangtua harus memberikan punishment yang jelas. Namun jika anak berhasil mematuhi jadwal, maka orang tua harus pula memberikan reward. Reward dan punishment ini harus diberikan secara konsisten dan orangtua harus memastikan anak mengetahui dan sepakat dengan aturan mainnya.