Akuaponik: Manfaatkan Lahan Sempit Menjadi Ladang Nutrisi
Eri Setiadi, S.Si., M.Sc. | 24 Februari 2020
Di masa mendatang, luas lahan serta ketersediaan air untuk kegiatan budidaya tanaman serta perikanan akan semakin berkurang, karena harus bersaing dengan kebutuhan lain seperti perumahan dan industri. Itu sebabnya memelihara ikan dan bertanam sayur/buah di satu tempat, atau yang lebih populer dengan sebutan akuaponik, kini tengah banyak dilirik orang.
Di Indonesia sendiri, kita mengenal istilah Yumina-Bumina (yumina: yu = sayuran, mina = ikan) atau buah dengan ikan (bumina: bu = buah, mina = ikan). Yumina-Bumina merupakan pengembangan dari teknologi akuaponik yang mengusung prinsip hemat lahan dan air, dengan memadukan budidaya ikan (akuakultur) dengan budidaya tanaman tanpa tanah (hidroponik).
Sistem ini mulai dikembangkan sejak tahun 2004 oleh tim peneliti dari BP2BAT (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar), Balitbang KP (Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan), dan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Harapannya, Yumina-Bumina dapat menjadi ‘hobi’ yang memasyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi pada ketahanan pangan negara kita.
Alat dan bahan
Bagi Anda yang punya lahan sempit di rumah, tak tertutup kemungkinan untuk dapat bercocok tanam sayur, buah, dan ikan (sekaligus). Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk manfaatkan lahan sempit menjadi ladang nutrisi:
- kolam ikan: ukuran mini saja, misalnya lebar 1m, panjang 1m, dengan kedalaman 1 m
- pralon kecil untuk menyalurkan air
- pot sebagai media tanam (bisa berisi ijuk, batu apung, dakron, rockwoll, akar pakis)
- ikan (pilih ikan yang tidak memakan tumbuhan, misalnya lele dan ikan patin)
- pompa air berdaya 35 watt.
Anda dapat memilih Yumina-Bumina dengan model sistem rakit, sistem aliran atas, sistem aliran bawah, dan sistem pasang surut. Pilihan ini perlu dicocokkan dengan tanaman yang hendak ditanam, misalnya stroberi akan, lebih cocok menggunakan sistem pasang surut.
Kelebihan akuaponik
Apa saja kelebihan akuaponik dibandingkan sistem tanam lainnya?
- Hemat lahan, karena dapat dilakukan di area yang sempit.
- Hemat air hingga 700%, karena selama siklus budidaya, tidak dilakukan pergantian air. Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan.
- Tidak menghasilkan limbah, karena kotoran ikan dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi oleh tanaman, sehingga sayur dan buah yang dihasilkan dapat dikategorikan sebagai sayur dan buah organik.
- Relatif mudah dikerjakan, dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga.
- Menjadi sumber nutrisi bagi keluarga. Selain itu, secara estetika juga dapat menghias pekarangan rumah.
- Menguntungkan karena dalam satu siklus budidaya dapat diperoleh hasil berupa ikan, sayuran serta buah-buahan.
Kesimpulannya, bertanam dengan cara akuaponik, membuat kita bisa memanfaatkan lahan sempit menjadi ladang nutrisi bagi keluarga. Semoga Anda pun tertarik untuk mencobanya di rumah.
Penulis adalah staf peneliti di BP2BAT (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar), Bogor.