Anak Pemalas
Desi Hariana | 30 April 2020
Orangtua sering kali merasa khawatir ketika melihat anak malas-malasan saat harus mengerjakan PR, belajar, atau bahkan saat membantu mengerjakan pekerjaan di rumah. Bahkan beberapa orang menganggap bahwa anak pemalas tidak cerdas, dan membuat mereka tidak bersemangat mengerjakan tugas-tugasnya. Mari kita cari kebenarnyannya, apakah hal ini termasuk mitos atau faktanya.
1. Anak pemalas tidak cerdas
Mitos:
Rata-rata, mereka yang terlihat tidak terlalu aktif secara fisik justru cenderung lebih cerdas dibandingkan yang lebih aktif secara fisik. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Health Psychology pada tahun 2015. Data yang didapat menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IQ tinggi mudah merasa bosan, membuat mereka menjadi lebih tidak aktif secara fisik dan mencari aktivitas yang lebih menstimulasi pikiran, misalnya bermain puzzles atau berdebat.
2. Anak pemalas kurang motivasi
Fakta:
Psikolog ahli dari situs Psychology Today, Leon D. Seltzer, Ph.D, menyampaikan bahwa istilah ‘malas’ sering kali jadi kurang bermakna karena memiliki pemahaman yang terlalu luas dan subjektif. Ia lebih cenderung menggunakan istilah ‘kurang termotivasi’ bagi orang yang terlihat pemalas. Anak yang kurang termotivasi biasanya memiliki latar belakang:
-
merasa tak mampu
-
kurang dukungan emosional, terutama dari orangtua
-
tak yakin akan dihargai
-
kurang disiplin
-
tidak tertarik
-
merasa yang dikerjakan tak berguna
-
takut gagal, ditolak, dan lain sebagainya.
3. Anak pemalas jauh dari stres
Mitos:
Para ahli menemukan bahwa pada beberapa anak yang memperlihatkan ciri-ciri pemalas, mereka justru sedang dalam kondisi stres. Mereka tak dapat mengatasi rasa tertekan atau stres akibat hal-hal yang terjadi di lingkungannya, sehingga memilih untuk diam atau tak melakukan apapun. Jadi, jika anak Anda terlihat serba malas mengerjakan sesuatu, lebih senang diam di kamarnya, jarang mau berbicara, dan lain sebagainya, pertimbangkanlah kemungkinan bahwa ia sedang stres. Minta anak menceritakan perasaannya, atau jika masih ada hambatan, Anda bisa meminta bantuan ahli seperti psikolog atau psikiater anak untuk membantu.
Referensi:
- https://www.cnbc.com/2019/02/15/the-science-backed-reason-lazy-people-are-smarter-more-successful-and-better-employees.html
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolution-the-self/200806/laziness-fact-or-fiction
- https://www.psychologytoday.com/us/blog/self-reg/201703/why-is-my-child-so-mentally-lazy