PSIKOLOGI ANAK

Anak Punya Teman Khayalan

Suatu kali Anda melihat anak tampak seolah sedang berkomunikasi, padahal ia tengah sendirian. Jangan-jangan anak punya teman khayalan atau imajiner.

Dyah Soekasto | 26 November 2020

Apakah Anda pernah secara tidak sengaja mendengar anak berbicara dengan teman khayalannya saat sedang sendirian? Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of Oregon, Amerika Serikat, menemukan bahwa pada usia 7 tahun, 37% anak-anak memiliki teman khayalan atau teman imajiner.

Punya teman khayalan bukan berarti anak memiliki masalah. Walaupun teman khayalan bisa menjadi media bagi anak untuk mengatasi masalah mereka. Anak-anak yang pernah mengalami trauma, misalnya, mungkin mengandalkan teman khayalannya untuk membantu mengatasi rasa takut atau khawatir yang ia rasakan.

Bagaimana sebaiknya sikap orang tua?

Jangan memarahi anak, biarkan mereka ‘bermain’ bersama. Namun, tetapkan beberapa batasan untuk hal-hal yang masuk akal. Hindari menyalahkan teman khayalan anak atas kelakuan buruknya. Orang tua boleh mengajukan pertanyaan, seperti, "Apa yang disukai temanmu?" Anak kemungkinan besar dengan senang hati menceritakan teman khayalannya kepada Anda.

Tak perlu khawatir, teman khayalan di masa kanak-kanak bukan sebuah prediksi adanya gangguan psikologis pada anak di kemudian hari. Sebuah studi tahun 2019 menyimpulkan bahwa anak dengan teman khayalan tidak mendorongnya untuk memiliki gejala disosiatif di masa dewasa. Jadi, biarkan anak Anda memutuskan kapan harus berhenti memiliki teman khayalannya.

Kreativitas dan kemampun sosial anak yang baik

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki teman khayalan cenderung adalah anak sulung atau anak tunggal, tetapi bukan berarti karena mereka kesepian. Faktanya, anak-anak yang punya teman khayalan ternyata memiliki kecerdasan sosial dan kreatif.

Pada tahun 2010, Evan Kidd, seorang peneliti di Australian National University, menemukan bahwa orang dewasa yang memiliki teman khayalan saat masih anak-anak mendapat nilai lebih tinggi pada tes kreativitas dibanding yang tidak. Hal ini diperkuat dengan studi tahun 2005 di The Creativity Research Journal, para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang memiliki teman khayalan umumnya lebih kreatif.

Anak-anak dengan teman imajiner mengadopsi berbagai peran dan memainkan skenario yang berbeda, sehingga mereka cenderung mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik. Psikolog Marjorie Taylor dari Universitas Oregon, Amerika Serikat, menyatakan bahwa anak-anak dengan teman khayalan biasanya memiliki keterampilan sosial yang lebih baik.

Teman khayalan sebagai wujud kegelisahan

Menurut Kimberly Eckert, psikolog di Calgary, terkadang anak menciptakan teman khayalan sebagai pertanda bahwa ia kesepian atau berusaha menenangkan diri sendiri selama masa transisi besar seperti pindah rumah, masuk sekolah baru atau hal lain yang menimbulkan kecemasan.

Memiliki teman imajiner dapat membantu seorang anak mengembangkan keterampilan mengatasi konflik, stres, dan kecemasan. "Teman khayalan memberi anak sebuah ruang bebas risiko untuk menyesuaikan diri dengan perubahan besar dalam hidupnya," menurut psikolog yang tinggal di Johannesburg, Dr. Janne Dannerup.

Jika anak memiliki teman khayalan akibat cemas atau kurang perhatian, orang tua mesti berhati-hati, karena membicarakan ‘teman’nya ini dapat membuat mereka merasa dihakimi atau dikritik. Tetapi jika melakukan pendekatan dari hati ke hati, mungkin Anda justru jadi tahu lebih banyak tentang alasan mengapa mereka merasa perlu memiliki teman khayalan.

Perhatikan tanda-tanda lainnya

Banyak profesional di bidang kejiwaan mengatakan bahwa teman khayalan umumnya menghilang secara alami pada saat anak-anak masuk sekolah. Namun jika menetap, Anda harus mulai waspada. Menurut The Anxiety Disorders Association of America, anak punya teman khayalan yang bertahan lama mungkin merupakan tanda adanya gangguan kecemasan.

Selain itu, menurut Dr. Dannerup, jika teman khayalan adalah satu-satunya teman anak atau menyebabkan anak terlibat dalam perilaku yang merusak, orang tua perlu mencari bantuan profesional. Persahabatan imajiner juga bisa menjadi cara bagi anak untuk melepaskan diri dari pelecehan emosional atau seksual, jadi penting bagi orang tua untuk mengetahui apakah teman khayalan ini merupakan mekanisme pertahanan diri anak.

Tanda-tanda lain yang perlu diperhatikan:

  • rasa khawatir yang berlebihan
  • masalah tidur
  • kegelisahan
  • sulit berkonsentrasi
  • sensitif
  • fobia
  • memaksa jika ingin sesuatu

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan