PSIKOLOGI ANAK

Anak yang Terlalu Menempel pada Orangtua

Ibu ke dapur ikut, ke kamar ikut, bahkan ke kamar mandi saja menangis karena pengen ikut masuk juga. Aduh, kenapa sih, Si Kecil terlalu menempel pada orangtua?

Desi Hariana | 25 Juli 2023

Beberapa anak memang sering kali terlihat menempel atau clingy pada salah satu orangtua, terutama pada ibu. Ada beberapa alasan mengapa anak berusia balita terlihat menempel pada orangtuanya. Namun, ada saatnya Anda juga perlu mengajarkan pada anak bahwa ia tak perlu menempel terus-terusan pada orangtua untuk dapat menghadapi sesuatu atau melakukan berbagai hal.

Mengapa anak terlalu menempel pada orangtua?

Berikut adalah beberapa alasan mengapa anak terlalu menempel pada orangtuanya:

1. Anak merasa tertekan

Ketika anak merasa ada sesuatu yang membuatnya takut atau tertekan, biasanya mereka akan lebih menempel pada orangtuanya. Hal ini sebenarnya sesuatu yang baik, menandakan bahwa anak merasa aman jika berada di dekat Anda dan menciptakan bonding yang akan terbawa hingga ia dewasa.

2. Menghadapi sesuatu yang tak terduga

Anak selalu membutuhkan keyakinan bahwa lingkungannya adalah hal yang terkontrol dan menenangkan, hal-hal yang di luar dugaannya akan membuat ia tak merasa nyaman. Inilah yang membuatnya menempel pada orangtuanya.

3. Ia merasa bosan

Hal ini juga dapat terjadi, anak merasa kurang stimulasi dan membutuhkan Anda untuk menjadi teman atau tempatnya bermain. Misalnya dengan memanjat tubuh Anda, mengayun-ayunkan tangan Anda dan sebagainya.

4. Mengetes batasannya dari orangtua

Anak usia balita sedang mengetes batasan yang diberikan oleh orangtua, dengan cara mencoba berbagai hal dan memperhatikan respons dari orangtua. Ia juga akan bertanya banyak hal, seperti boleh tidak melakukan ini dan itu, lalu apa yang akan terjadi? Anda perlu menyampaikan pada anak secara tegas apa yang boleh dan tak boleh ia lakukan.

Membuat anak lebih mandiri

Anda memang tak bisa memarahi atau menghukum anak karena terlalu menempel pada Anda. Namun, lakukanlah beberapa hal berikut ini yang disarankan oleh para ahli:

1. Memastikan anak tahu apa yang akan terjadi

Saat menjalankan aktivitas sehari-hari, Anda perlu menjelaskan pada anak jika ada hal yang di luar jadwal biasa. Misalnya sepulang dari taman bermain, ia perlu ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin, atau ketika Anda akan pergi ke luar kota pastikan anak tahu kapan Anda pergi dan kembali. Sehingga anak merasa lebih tenang karena ia tahu apa yang akan terjadi.

2. Membiasakan berpamitan

Ketika Anda akan berangkat ke kantor, atau ke luar rumah, pastikan Anda menjelaskan pada anak akan pergi ke mana dan berapa lama, serta kapan Anda akan kembali. Jangan batal pergi ketika anak menangis keras, tapi juga jangan mengendap-endap untuk berangkat tanpat diketahui anak.

3. Membangun kepercayaan diri anak

Berikan latihan-latihan kemandirian sesuai usianya, misalnya memberinya tugas membereskan mainannya sendiri, membantu mengatur peralatan makan di meja makan, dan lainnya. Beri ia pujian ketika ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, apalagi jika tanpa diminta terlebih dahulu.

4. Bersikap proaktif dan memberikan perhatian positif

Perhatian kita sangat berarti bagi Si Kecil. Jangan hanya memberikan perhatian kala ia memintanya dengan bertingkah. Pastikan Anda selalu memberinya perhatian, bahkan ketika ia sedang tenang bermain.

Sering kali anak yang terlalu menempel pada orangtua hanyalah sebuah fase yang akan menghilang seiring bertambahnya usia. Namun jika fase ini berlangsung cukup lama, bahkan setelah ia bersekolah, sebaiknya Anda mengajak anak untuk berkonsultasi ke psikolog untuk memastikan apa penyebab anak bersikap demikian. Dengan penanganan yang tepat, anak pun dapat didorong untuk lebih mandiri.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan