KESEHATAN KELUARGA

Bahaya di Balik Penyakit GERD

Penyakit GERD termasuk penyakit kronis yang jika berlanjut dapat menyebabkan gangguan pada paru. Apa lagi bahaya di balik penyakit GERD?

Prof. dr. Ari Fahrial Syam, PhD, FACP | 21 Februari 2020

GERD atau gastroesophageal reflux disease merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami orang di seluruh dunia. Dua gejala utama GERD yaitu nyeri dada dan rasa panas di dada seperti terbakar (heart burn), dan biasanya diikuti rasa pahit di mulut karena asam yang naik ke kerongkongan (regurgitasi). 

Dapat menyebabkan luka

Bahaya di balik penyakit GERD adalah luka atau perlukaan pada dinding dalam kerongkongan akibat naiknya asam lambung atau isi lambung. Luka yang terjadi bisa meluas dan membuat penyempitan kerongkongan bawah. Bahkan GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dinding dalam kerongkongan sehingga membentuk lesi pra kanker (penyakit Barrett’s). 

Selain saluran cerna, asam lambung yang tinggi juga dapat menyebar ke:

  • gigi (erosi dental), 
  • tenggorokan (faringitis kronis), 
  • sinus (sinusitis), 
  • pita suara (laringitis), 
  • saluran pernafasan bawah (asma), 
  • bahkan sampai paru-paru (fibrosis paru idiopatik).

Pendeteksian GERD

Penyakit GERD bisa dideteksi dengan menggunakan kuisioner GERD. Total skor yang didapat dari kuisioner dapat memberi gambaran apakah seseorang menderita GERD atau tidak: 

  • <8 = kemungkinan tidak menderita GERD
  • > atau = 8 kemungkinan menderita GERD.

Kuisioner GERD sendiri terdiri dari 6 pertanyaan. Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan positif adanya GERD yaitu panas dada seperti terbakar (heart burn) dan adanya sesuatu yang balik arah (regurgitasi). Sedang pertanyaan negatif adalah adanya nyeri ulu hati dan mual. Sedang dua pertanyaan terakhir dari kuisioner ini adalah gangguan tidur dan obat yang diberikan untuk mengatasi keluhan tersebut. 

Poin didasarkan dari frekuensi kejadian dari pertanyaan yang ada setiap harinya dalam 1 minggu. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita GERD bisa klik  http://www.surveymonkey.com/s/gerdq 

Dari hasil survei Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM Jakarta sampai bulan Mei 2015, dari 1.200 sampel dengan menggunakan kuesioner GERD (GERD-Q), ternyata lebih dari 50% responden kemungkinan mengalami GERD.

Mengobati GERD
Prinsip utama mengobati GERD adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Mengatasi penyakit GERD bisa dengan terapi obat, atau non obat alias perubahan gaya hidup. Untuk menghindari bahaya di balik GERD, perubahan gaya hidup yang disarankan adalah dengan menghindari:

  • konsumsi daging secara berlebihan, perbanyak sayur dan buah
  • tidur dalam waktu dua jam setelah makan. Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung termasuk asam lambung berbalik arah kembali ke kerongkongan. 
  • makanan yang terlalu asam dan pedas
  • minum kopi, alkohol atau minuman bersoda
  • makanan yang mengandung coklat dan keju
  • stres yang tak terkontrol
  • berat badan yang naik terus, usahakan mencapai berat badan ideal.

Terapi obat yang paling banyak digunakan adalah yang masuk ke dalam kategori antasida, obat penetral asam. Obat-obatan ini biasanya dijual bebas dan dapat mengurangi gejala akibat GERD.

Obat-obatan lainnya yang diberikan dokter, terutama adalah obat anti sekresi asam lambung. Obat-obat kelompok ini terdiri dari dua kelompok obat:

1. Penghambat reseptor H2 (antagonist H2 reseptor), misalnya ranitidin, famotidin, nizatidin, atau simetidin. 

2. Anti asam yang kuat, penghambat pompa proton, contohnya omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, esomeprazol, atau pantoprazol. 

Setelah memahami komplikasi yang bisa terjadi pada penyakit ini, diharapkan kita semua mampu menata gaya hidup yang lebih sehat, sehingga dapat menghindari bahaya di balik penyakit GERD.

Penulis adalah Guru Besar Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM Jakarta. Ikuti akun twitternya di @dokterari.

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Artikel Selanjutnya

Penyebab Nyeri Haid

Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan