KESEHATAN ANAK

Bayi Kekurangan Zat Besi

Ada banyak hal yang dapat terjadi jika bayi kekurangan zat besi. Orangtua perlu menyeimbangkan kembali asupan zat besinya. Hal ini diperlukan untuk mengejar ketertinggalannya, selama masih memungkinkan.

Anissa Aryati | 10 Agustus 2020

Sudah bukan rahasia lagi bahwa zat besi merupakan salah satu nutrisi yang sangat berpengaruh dalam 1000 hari pertama kelahiran bayi. Zat besi menyumbang manfaat dalam mendukung perkembangan saraf otak bayi selain dalam jangka panjang berguna mencegah munculnya anemia yang berisiko bagi pertumbuhan bayi. Bayi yang kekurangan zat besi dapat tergantung tumbuh kembangnya.

Zat besi dan kecerdasan

Pada saat bayi baru lahir, dua bagian dalam otak yang berkembang adalah sinaps dan mielin. Sinaps merupakan sambungan sel saraf. Sedangkan mielin merupakan jaringan lemak pembungkus serabut saraf yang dibentuk oleh oligodendrosit. Oligodendrosit sendiri membutuhkan zat besi pada saat proses pembentukan mielin.

Apabila kebutuhan zat besi tidak tercukupi pada saat pembentukan mielin, maka prosesnya tidak sempurna, sehingga menurunkan Intelligence quotient (IQ) atau kemampuan/ kecerdasan bayi di kemudian hari. Gangguan pada otak seperti ini akan sulit diperbaiki setelah bayi berusia lebih dari 1000 hari.

Kelompok rentan risiko

Penanda bayi kekurangan zat besi bisa dilihat melalui pengukuran kadar feritin (kandungan zat besi) dan hemoglobin (Hb) untuk mendiagnosis kemungkinan risiko anemia. Kadar feritin normal 15-17  mcg/L dan Hb normal tidak kurang dari 12 g/dl. Apabila kadar feritin < 15 mcg/L dan HB <12 g/dl maka dipastikan bayi mengalami kekurangan zat besi dan berisiko mengalami anemia.

Kondisi bayi kekurangan zat besi dapat dijumpai dalam beberapa kasus, misalnya:

  1. Bayi prematur karena zat besi yang didapat dari ibu kurang, akibat kelahiran yang terjadi lebih dini. Risiko kekurangan zat besi akan meningkat apabila bayi yang sudah diberi sufor yang tidak difortifikasi dengan zat besi, maka bayi akan mengalami defisiensi zat besi dari sejak kecil
  2. Anak dengan alergi susu sapi yang mengonsumsi susu dengan kadar zat besi kurang, bisa menyebabkan pendarahan di usus.
  3. Bayi yang diberikan susu murni (sapi atau kambing), atau susu soya buatan sendiri, rentan mengalami kekurangan zat besi.
  4. Bayi berusia > 6 bulan yang diberikan MP ASI dengan asupan nutrisi yang kurang zat besi.

Saran dosis zat besi

Bayi yang kekurangan zat besi sebenarnya masih mungkin bisa mengejar ketertinggalan dengan cara meningkatkan dosis zat besinya, sesuai saran dokter, sebelum mencapai usia 2 tahun. Contohnya bayi prematur dengan berat < 2500 gram konsumsi zat besi hariannya adalah sekitar 3 mg/kg/hari, diberikan sejak bayi berusia 1 bulan hingga 2 tahun. Sementara untuk bayi yang lahir cukup bulan, penambahan zat besi sekitar 2 mg/kg/hari, zat besi diberikan saat bayi berusia 4 bulan hingga 2 tahun.

Zat besi yang diberikan bisa berupa suplemen, suplemen zat besi kadang memang tak disukai karena karena aromanya tidak enak, orangtua juga kadang mendapati bayi sembelit selepas mengonsumsinya. Sebaiknya bayi yang sudah mengonsumsi MPASI, diberikan tambahan bahan makanan yang kaya zat besi, seperti bayam, daging merah, otak sapi maupun hati sapi ke dalam menu hariannya.

Materi diambil:

IG Live AnakkuID “Kurang Zat Besi IQ Turun… Sayang, Kan?”

Tanggal 17 Juli 2020

Pembicara:

Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro Sp.A(K)

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Artikel Sebelumnya

Mengatasi Selulit

Artikel Selanjutnya

Infertilitas pada Laki-Laki

Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan