PASANGAN BAHAGIA

Bertengkar di Hadapan Anak

Perilaku yang dapat merusak pribadi anak adalah bertengkar di hadapan anak. Hati-hati, efek bertengkar di hadapan anak tidak baik bagi masa depannya kelak.

Anita Chandra, M.Psi | 18 Februari 2020

Wajar jika Anda dan pasangan kadang berbeda pandangan atau pendapat, tetapi hendaknya Anda bijak mengelola perbedaan ini, tanpa amarah. Saat orangtua bertengkar di hadapan anak, khususnya anak lelaki, kelak tumbuh sebagai pribadi yang tidak sensitif dan tidak dapat menjalin hubungan dengan pasangannya secara sehat.

Tentu saja dampak ini tidak kita inginkan, bukan? Hindari perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak. 

Gelisah dan ketakutan

Pertengkaran orangtua biasanya akan membuat anak gelisah, bahkan bayi pun dapat merasakannya. Kadang-kadang perasaan itu diungkapkannya dengan menjadi rewel. Balita menunjukkan rasa empatinya dengan memeluk erat-erat atau menggeser-geserkan kepalanya ke dada ibunya, atau tergantung pada siapa ia lebih dekat. 

Anak usia balita sering kali berpikir dan percaya bahwa merekalah biang penyebab pertengkaran orangtua. Akibatnya anak akan merasa bersalah. Wajar saja jika mereka langsung berpikiran seperti itu. Pasalnya, daya pikir balita memang belum terlalu berkembang.

Mungkin saja, saat itu mereka sedang rewel, misalnya susah makan. Kebetulan, pada saat bersamaan, orangtuanya bertengkar. Akibatnya anak akan berpikir, "Ayah dan ibu jadi bertengkar gara-gara aku...” Sementara bagi anak yang lebih besar, usia sekolah dan remaja, imajinasi mereka sudah lebih berkembang. Kecemasan mereka bahkan biasanya sudah sampai pada pemikiran apakah orangtuanya akan berpisah, lalu mereka harus ikut siapa.

Bertengkar dengan cara yang bijak

Rasanya memang sulit memikirkan bagaimana cara bertengkar dengan bijak karena pikiran Anda juga sedang kalut. Cara terbaik adalah tidak bertengkar di hadapan anak. Lakukan di ruangan tertutup dan harus diselesaikan, jangan berlarut-larut. Jika terpaksa dilakukan di depan anak, perhatikan kata-kata yang dipilih dan bagaimana mengekspresikannya. Yang jelas, orangtua perlu bisa menanamkan pengertian bahwa kemarahan dan pertengkaran itu wajar terjadi, tak berarti ayah dan ibu akan berpisah.

Anak akan belajar bagaimana cara beradu argumentasi yang baik dari orangtuanya. Pasangan juga perlu melatih diri dan menyadari, di depan anak mereka boleh bertengkar, tapi jangan berlebihan. Oleh karena itu, Anda juga sebaiknya menghindari kemarahan dengan tindakan anarkis, misalnya membanting pintu, menggebrak meja, ini tak baik bagi anak. Apa yang orangtua lakukan bisa jadi akan ditiru anak.

Hindari topik-topik sensitif

Untuk anak-anak yang punya rasa ingin tahu yang besar, tak ada salahnya dijelaskan mengapa orangtuanya bertengkar. Namun ada beberapa topik yang sebaiknya dihindari, misalnya tentang keuangan, relasi perkawinan atau topik tentang kecemburuan, sebaiknya orangtua tidak bertengkar di hadapan anak. Misalnya, istri menuduh sang suami selingkuh, penghargaan anak pada ayahnya juga dapat berkurang.

Berbeda pendapat itu wajar, yang bijak adalah mengekspresikannya dengan cara yang baik di depan anak. 

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan