PSIKOLOGI ANAK

Bicara Seks dengan Anak

Jangan anggap tabu bicara seks dengan anak. Mereka lebih baik mengetahuinya dari Anda daripada dari orang lain. Tapi ingat Anda mesti paham bagaimana bicara seks dengan anak.

Evi Junita, M.Psi, psikolog | 9 Agustus 2021

Ketertarikan anak terhadap organ seks yang ia miliki sering kali menjadi awal pembicaraan anak tentang seksualitas. Hindari memarahi anak jika ia tertarik dengan organ seksualnya karena itu adalah hal yang normal. Ini adalah sebuah tanda bahwa pendidikan seks bagi anak perlu segera dimulai. Jangan sampai anak-anak mencari tahu sendiri atau mendengar dari orang lain. Saatnya bicara seks dengan anak.

Bagaimana bicara seks dengan anak?

Orang tua perlu memahami tahapan-tahapan pendidikan seksual, sebagai berikut:

Eksplorasi tubuh: Ketika anak sudah mulai mengenal tubuhnya, ia juga menaruh perhatian terhadap tubuh ayah dan ibunya. Ia akan mengamati dan menyadari adanya perbedaan atau kesamaan.

Saat inilah orang tua dapat memperkenalkan nama organ seksual anak dengan jelas. Misalnya saja saat mandi, jelaskan nama organ intim anak serta fungsinya. Dilanjutkan saat mengenakan pakaian, jelaskan kepada anak bahwa organ seksual anak adalah sebuah ‘rahasia’, yang tidak boleh diperlihatkan apa lagi disentuh orang lain, selain ayah dan ibunya.

Siap-siap akan pertanyaan yang dilontarkan anak pada Anda. Jawablah dengan penjelasan yang bisa diterima oleh nalar anak, dengan bahasa yang mudah dipahami. Sisipkan pesan bahwa anak harus selalu bersikap terbuka kepada orang tuanya tentang hal ini.

Stimulasi tubuh: Setelah mengenal organ tubuhnya, rasa ingin tahu anak akan semakin besar. Jangan kaget jika suatu hari Anda melihat anak laki-laki Anda mengelus penisnya dari luar. Anda harus siap-siap memberi pendidikan seksual tahap berikutnya.

Anak yang mencari kenikmatan seksual dengan masturbasi atau stimulasi adalah normal. Yang perlu orang tua ingatkan kepada anak adalah bahwa itu perilaku pribadi, tidak boleh dilakukan di depan orang lain. Coba alihkan anak ke aktivitas lain.

Jika Anda melihat anak cenderung sering melakukannya, coba telisik kembali apakah anak berbuat seperti itu karena kesepian. Apakah orang tua terlalu sibuk sehingga anak melakukan perilaku yang menyenangkan dirinya sendiri. Jika anak cenderung sering melakukan masturbasi, Anda dapat berkonsultasi pada psikolog anak.

Tertarik dengan tubuh temannya: Pada anak usia 3-4 tahun, ia mulai menyadari ada teman mainnya yang memiliki organ seksual yang berbeda. Ini kadang menimbulkan rasa penasaran anak. Ia tertarik untuk mengeksploitasinya, misalnya dengan bermain dokter-dokteran atau bermain gulat.

Jadilah teman bagi anak, dimana Anda bisa menjelaskan tanda tanya besar dalam benak anak. Namun ingat, pembicaraan tentang seks adalah penting tapi orang tua harus menyampaikannya dengan tenang dan santai.

Pertanyaan yang sering muncul

  • Kok adik bayi bisa masuk ke dalam perut Mama?

Apa jawaban Anda? “Ayah dan ibu menikah, lalu berpelukan dengan cara yang khusus untuk menghasilkan dedek bayi.”

  • Bagaimana bayi dilahirkan?

Beberapa anak puas dengan jawaban: “Dokter dan suster yang membantu bayi untuk dilahirkan.” Namun bila tidak puas. Anda mungkin perlu bercerita bahwa ada masa tertentu bayi sudah siap keluar, Anda mendorongnya keluar, dibantu dokter atau bidan.

  • Mengapa tidak semua anak punya penis?

Awali dengan kalimat: “Tubuh anak laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda”

  • Mengapa ada rambut di bawah situ?

“Tubuh manusia akan berubah saat beranjak dewasa. Anak laki-laki akan tumbuh bulu di sekitar penisnya, anak perempuan akan tumbuh bulu di sekitar vaginanya.”

Seiring pertambahan usianya, anak mungkin akan mengulang pertanyaannya kembali, dan meminta jawaban yang lebih jelas.Berikan jawaban sesuai dengan usia dan pemahamannya.

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan