PSIKOLOGI ANAK

Menguatkan Anak di Saat Gagal

Kegagalan selalu menyisakan kesedihan, namun sebagai orangtua, kita juga punya cara untuk membantu menguatkan anak di saat gagal.

Anissa Aryati | 6 Agustus 2021

Saat anak terpaksa tinggal kelas, tentu hal ini sangat tak menyenangkan baik bagi anak maupun orangtua. Orangtua tentu bisa memahami perasaan anak, meskipun perasaan sendiri pun tak kalah sedihnya. Tetapi apakah kegagalan ini harus disesali secara berlarut-larut? Sebagai orangtua tentunya kita harus mampu menguatkan anak di saat gagal untuk kembali bangkit dan menyusun rencana lebih baik dari sebelumnya.

Menerima dan menghadapi kegagalan

Harus tinggal di kelas yang sama dengan teman-teman yang dulunya menjadi adik kelas bukanlah hal yang bisa diterima secara lapang dada oleh anak. Masih banyak bentuk kegagalan lainnya yang dapat ditemui dalam keseharian anak. Misalnya tidak diundang ke acara ulang tahun temannya, tidak dipanggil namanya saat pemilihan kelas drama, atau tidak bisa melakukan suatu gerakan dalam olahraga yang seharusnya ia kuasai.

Kegagalan-kegagalan yang dialami anak tak jarang mematahkan semangat anak dan membuatnya mereka sedih, frustrasi dan tak jarang terlalu larut dalam kesedihan. Di sinilah bantuan orangtua dibutuhkan. Kita sebaiknya tak hanya fokus membantu dan mendorong anak meraih keberhasilan, tetapi juga mengajarkan anak cara menerima dan menghadapi kegagalan ataupun kekalahan.

Dr. Amanda Mintzer, seorang psikolog klinis di Child Mind Institute, mengungkapkan keahlian bagi anak untuk lebih mandiri dan berhasil di masa depan tidak hanya terfokus pada tujuan pribadi, akademis, atau berhubungan secara efektif dengan orang lain. Tapi sesuatu yang lebih penting untuk dipelajari oleh anak adalah kemampuan untuk bertoleransi terhadap ketidaksempurnaan, bahwa tak semua hal bisa berjalan sesuai dengan keinginannya.

Michael Jordan, seorang atlet basket dunia telah menginspirasi banyak anak muda dengan pidatonya tentang bagaimana cara menerima kekalahan. Ia mengungkapkan bahwa untuk menjadi seorang juara dibutuhkan ketekunan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan, baik di dalam maupun di luar lapangan. Termasuk juga menerima kekalahan demi kekalahan dan selalu siap untuk bangkit kembali.

Mengajarkan anak menghadapi kegagalan

Tidak ada orangtua yang senang melihat anaknya gagal. Secara alami setiap orangtua pasti mempunyai dorongan untuk melindungi anak dari pengalaman yang tak menyenangkan. Namun, kegagalan atau kekalahan seringkali datang tanpa dikehendaki dan tak bisa ditolak ataupun dihindari. Kita perlu menguatkan anak di saat gagal, agar mereka bisa menghadapi masalah tersebut dan tidak berkecil hati.

Menunjukkan rasa empati

Ketika anak mengalami kegagalan, Anda tak dapat menyingkirkan perasaan frustrasi dan kecewa yang ia rasakan. Tapi Anda dapat membantu untuk meringankan perasaannya dengan memberikan kata-kata penyemangat dan pelukan hangat. Kata-kata penyemangat tersebut seperti, “Ayah dan ibu tahu kamu merasa sangat sedih dan kecewa. Tapi jangan khawatir, suatu saat akan ada kesempatan lain untukmu, dan kamu akan lebih mudah melewatinya.”

Satu hal yang perlu orangtua tanamkan pada anak adalah, kegagalan dapat diubah menjadi pengalaman yang berharga dan justru menjadi catatan penting untuk keberhasilannya di masa yang akan datang.

Jadikan pengalaman orangtua sebagai contoh

Orangtua dapat menceritakan pengalaman diri sendiri saat mengalami kegagalan, misalkan saat tidak bisa masuk sekolah yang diinginkan, gagal mendapat peringkat di kelas, tidak bisa ikut bertanding karena sakit, atau kehilangan promosi di tempat kerja. Berikan penjelasan bagaimana sikap orangtua saat menghadapi kegagalan saat itu dan apa yang dilakukan untuk mengatasinya.

Kegagalan seorang anak adalah ajang melatih keterampilannya dalam memecahkan masalah, juga saat berharga untuk dapat menerima sesuatu yang tidak diharapkan. Kunci yang perlu diingat orangtua untuk menguatkan anak di saat gagal adalah menghindarkan anak dari tekanan untuk selalu menjadi yang terbaik. Berikan kesempatan anak untuk belajar dari suatu kesalahan, kegagalan ataupun kekalahan.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan