PSIKOLOGI ANAK

Cara Mengatasi Anak Berbohong

Anak berbohong sebenarnya bagian dari perkembangan kemampuan kognitifnya. Namun ayah dan ibu perlu tahu cara mengatasi anak berbohong, agar tidak menjadi suatu kebiasaan.

Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si | 26 Desember 2022

Si kecil yang berusia 3 tahun berdiri di sisi toples kosong, sekitar bibirnya terlihat remah-remah biskuit cokelat. Sebelum Anda sempat bertanya, mata polosnya menatap Anda sambil berkata, “Aku nggak makan biskuitnya, Ma.” Hmm... kok Si Kecil mulai berbohong, ya?

Ternyata, di usia 2-3 tahun anak memang sudah bisa berbohong. Jika hanya sesekali, bohong merupakan indikator kemampuan kognitifnya yang sedang berkembang. Tapi, agar tidak menjadi kebiasaan, sebaiknya kita juga perlu tahu cara mengatasi anak berbohong.

Usia di bawah 4 tahun

  • Sering kali, anak di bawah usia 4 tahun berbohong bukan karena betul-betul ingin berbohong. Kalaupun ia berbohong, mungkin alasannya adalah:
  • Anak masih kesulitan membedakan fakta dengan fantasi. Ia mungkin dianggap berbohong karena menceritakan fantasi yang ia anggap sebagai fakta.
  • Anak belum paham konsep waktu. Ia mungkin menceritakan sesuatu ‘baru saja terjadi’ padahal kejadian tersebut sudah terjadi minggu lalu.
  • Kemampuan komunikasi anak masih terbatas, misalnya ingin menyampaikan A, tapi kalimat yang disampaikan adalah B.
  • Anak memiliki logika sendiri. Contohnya, ia meyakini betul-betul melihat matahari sedang menangis atau mesin cuci hidup seperti manusia.

Usia 4-7 tahun

Menurut Piaget, seorang ahli perkembangan kognitif, anak 4-7 tahun memiliki keyakinan yang disebut immanent justice, yaitu apabila suatu aturan dilanggar, maka hukuman akan segera diberikan.

Dalam hal ini, kemungkinan alasan berbohong antara lain:

  • Takut mendapat hukuman, maka anak berusaha menutupi kesalahan yang dia lakukan.
  • Terlalu sering dimarahi. Ini biasanya terjadi dalam keluarga yang sering bertengkar dan orangtua yang pemarah.
  • Mendapat contoh kebohongan, misalnya anak mendengar bahwa orangtua mengatakan di telepon bahwa dia tak ada di rumah, padahal ada.
  • Terlalu sering atau justru terlalu jarang berinteraksi dengan orangtua juga terbukti jadi penyebab anak berbohong, karena pada dasarnya anak berusaha menikmati dunianya sendiri tanpa terlalu banyak campur tangan orangtua.

Di atas 7 tahun

Sesekali anak masih berbohong, biasanya dengan alasan seperti anak usia 4-7 tahun. Namun jika terlalu sering berbohong, maka waspadai adanya kebiasaan berbohong dalam tingkatan yang lebih tinggi. Sejumlah kecil anak di atas 10 tahun yang sering berbohong bahkan mengalami compulsive liar, justru merasa tidak nyaman ketika menceritakan hal yang benar. Sebaiknya segera konsultasikan kondisi ini kepada psikolog anak, karena ada risiko anak mengalami gangguan psikologis lebih berat.

Cara mengatasinya

Lalu, bagaimana cara mengatasi anak berbohong? Menurut Talwar dan Lee (2002) anak di bawah usia 8 tahun belum mahir berbohong. Artinya, sebelum usia 8 tahun adalah usia emas untuk menanamkan kebiasaan jujur. Banyak anak yang dihukum karena ketahuan berbohong justru berusaha mencari celah agar tak dihukum/dimarahi, biasanya berbentuk kebohongan yang lebih canggih.

Oleh karena itu, jangan hanya sekadar menghukum anak, tapi pahami juga situasinya.

  • Jika balita Anda yang berbohong, santai saja menanggapinya. Katakan fakta sebenarnya untuk memperbaiki cerita yang Si Kecil sampaikan. Misalnya, “Kok ada remah biskuit, ya, di mulut dan tanganmu?” atau, “Tante itu datangnya minggu lalu, bukan tadi.” Setelah itu, ajak anak mengobrol hal-hal lain.
  • Menghadapi anak usia sekolah yang berbohong, daripada marah dan menuduh, sebaiknya kita diam dan tatap matanya. Berbicaralah dengan tenang, misalnya, “Setahu Ibu hari ini dibagikan ulangan matematika, kok kamu bilang belum? Ibu lebih suka kamu sampaikan nilai sebenarnya, lho.” Tunggu reaksinya, jangan memberi nasehat panjang lebar. Kalau ia sudah mengaku, beri penghargaan, “Ibu lebih suka kamu berkata jujur, supaya Ibu bisa membantu masalahmu. Sekarang yuk kita pikirkan, apa yang harus dilakukan.” Ajak anak bicara untuk mencari solusinya.

Kombinasikan juga dengan hal-hal berikut:

  • Berikan contoh jujur. Anda bisa menceritakan kesalahan yang Anda buat dan cara memperbaikinya. Contohnya, “Tadi Ibu di kantor nggak sengaja memecahkan gelas, akhirnya ibu ganti gelas itu.”
  • Pada anak balita, ketika sedang bercerita atau menonton, jelaskan mana bagian yang bisa terjadi dan mana yang tak mungkin (fantasi).
  • Pada anak usia sekolah, jika ia ketahuan berbohong, Anda dapat memberi sanksi dengan tidak memberikan apa yang ia sukai. Tapi jangan pernah mengatakan ia pembohong. Sebutkan saja kesalahannya dan berikan konsekuensinya. Misalnya, “Karena kamu ternyata membaca komik di waktu belajar, jadi Ayah akan menyimpan komik ini sampai hari Sabtu.”
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan