Cegah Stunting Sejak Dini
Desi Hariana | 8 September 2020
Stunting adalah keterlambatan tumbuh dan kembang anak yang diakibatkan oleh masalah malnutrisi. Biasanya ditandai dengan perawakan anak yang lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Anak dinyatakan stunting apabila pertumbuhan tinggi badannya berada di bawah persentil -2 dari kurva atau grafik pertumbuhan anak. Lakukan selalu pengukuran tinggi dan berat badan ketika kontrol ke dokter anak.
Masalah tumbuh kembang anak di seluruh dunia
Pada kenyataannya, stunting bukan hanya menjadi masalah di negara kita, melainkan telah menjadi masalah dunia alias global. Ada sekitar 144 juta anak di seluruh dunia yang mengalami stunting, dan Indonesia berada di peringkat ke-5 sebagai negara yang paling banyak berkontribusi pada jumlah tersebut.
Hal ini sungguh mengkhawatirkan, mengingat stunting dapat mengakibatkan perawakan pendek, juga tingkat IQ yang rendah. Itu sebabnya kita perlu cegah stunting sejak dini, sebelum menjadi masalah besar di kemudian hari dan merugikan masa depan generasi penerus bangsa.
Risiko stunting untuk anak
Stunting memiliki risiko baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi anak. Risiko jangka pendek adalah sebagai berikut:
- Bayi yang mengalami stunting lebih mudah sakit, bahkan dapat berakhir dengan kematian lebih besar dibandingkan bayi normal.
- Mengganggu tumbuh kembang anak, terutama di masa 1000 hari pertama kehidupannya.
Sedangkan risiko jangka panjang bagi anak yang mengalami stunting, adalah:
- Perawakan anak lebih kecil dibandingkan teman-teman seusianya, hal ini dapat menimbulkan rasa kurang percaya diri pada anak.
- Angka kecerdasan atau IQ yang tidak tinggi, sehingga memengaruhi kemampuannya dalam belajar atau menguasai sesuatu.
- Mengalami masalah gangguan reproduksi, sulit menghasilkan keturunan.
- Gangguan kesehatan secara umum, seperti mudah sakit, dan lain sebagainya.
Faktor penyebab stunting
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di 137 negara di dunia, ditemukan beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak, yaitu:
- Nutrisi ibu selama hamil yang tidak mencukupi.
- Kehamilan usia remaja dan interval antar kelahiran yang terlalu dekat.
- IUGR (intrauterine growth restriction), pertumbuhan janin terhambat dan kelahiran prematur.
- Pemberian ASI yang tidak maksimal.
- Kualitas MPASI yang rendah.
- Infeksi berulang dan faktor lingkungan.
Rekomendasi ahli untuk cegah stunting sejak dini
Dalam usaha cegah stunting sejak dini, atau jika terjadi gejala stunting (diawali dengan growth faltering alias gagal tumbuh), lakukan koreksi di 1000 hari pertama dalam kehidupan anak. Atau sebelum anak berusia 2 tahun. Rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia, WHO, bagi orang tua adalah untuk melakukan hal-hal berikut:
- Melakukan IMD (inisiasi menyusui dini), dalam rentang waktu 1 jam sejak bayi lahir.
- Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga berusia 6 bulan.
- Segera memberikan MPASI tepat waktu yaitu sejak bayi berusia 6 bulan, secara bertahap, adekuat, aman, dan higienis.
- Tetap memberikan ASI hingga anak berusia 2 tahun dengan sistem responsive feeding atau saat anak memberikan sinyal ingin menyusu (jangan menunggu ia menangis).
Ingat, ASI tetaplah yang terbaik bagi bayi. Usahakan semaksimal mungkin memberikan ASI karena akan menjadi ‘modal’ utama kita dalam usaha cegah stunting sejak dini. Jika mengalami kesulitan menyusui, konsultasikan segera pada dokter anak atau konsultan laktasi yang akan dengan senang hati membantu ibu.
Akan lebih baik lagi jika kita juga berusaha cegah stunting sejak memutuskan untuk hamil, atau bahkan ketika anak-anak perempuan kita masih remaja. Perhatikan nutrisi yang dikonsumsi oleh calon ibu karena akan sangat memengaruhi perkembangan janin kelak.
Materi:
Webinar AnakkuID “Tip Mencegah Stunting Sejak Dini” pada tanggal 29 Agustus 2020.
Pembicara:
Dr. dr. Conny Tanjung, Sp.A(K)
Konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak