Tip dan Trik Toilet Training
Desi Hariana | 8 September 2020
Anak tidak terlahir dengan kemampuan untuk mengontrol keinginannya untuk buang air besar dan kecil. Itu sebabnya mereka membutuhkan popok. Namun Si Kecil akan sampai pada masa dimana ia memang harus dapat mengontrol usus dan kandung kemihnya serta tahu tata cara menggunakan toilet untuk buang air. Di sinilah pentingnya orangtua memahami tip dan trik toilet training bagi anak.
Waktu yang tepat mengajarkan anak toilet training
Di Amerika Serikat, anak mulai menjalani pelatihan ke toilet (potty train) sekitar usia 3 tahun. Namun ada juga ahli yang merekomendasikan agar anak mulai menjalani toilet training saat berusia 18 hingga 24 bulan. Sebenarnya Anda dapat menentukan waktunya berdasarkan kesiapan anak. Anda dapat melihatnya dari beberapa hal berikut:
1. Pertumbuhan fisik
- Saat anak bangun tidur, celana maupun popoknya masih dalam kondisi kering.
- Tidak pup di malam hari.
- Anak memperliatkan indikasi saat ingin buang air.
- Jadwal buang airnya mulai teratur dan bisa diprediksi.
2. Kemampuan motorik anak
- Sudah mampu melepas dan menggunakan pakaian dalam serta celana sendiri.
3. Kemampuan kognitif anak
- Anak sudah mampu menyampaikan pada orang tua saat ingin buang air.
- Sudah mampu memahami instruksi sederhana yang diberikan orangtua, misalnya, “Ayo buka celananya,” atau “Sekarang cuci tanganmu.”.
Menggunakan teknik analisis perilaku
Saat akan memulai toilet training, pastikan bahwa anak tidak mengalami masalah medis yang dapat menyebabkan ia sulit mengontrol kemampuan buang airnya. Lakukan persiapan dengan matang, seperti melakukan observasi jadwal buang air anak, mempersiapkan peralatan untuk potty training, serta menetapkan reinforcement (hal-hal yang menyenangkan anak).
Salah satu tip dan trik toilet training ini adalah dengan memanfaatkan teknik analisis perilaku (ABA), yaitu menggunakan konsep A-B-C:
- Antecedent: hal-hal yang terjadi sebelum perilaku yang diinginkan, yaitu menyiapkan lingkungan senyaman mungkin bagi anak, berikan stiker-stiker seru di kamar mandi agar ia tak merasa kamar mandi adalah tempat yang ‘seram’.
- Behavior (perilaku): langkah-langkah yang dilakukan dalam toilet training, mulai dari masuk ke kamar mandi, membuka celana, buang air, membersihkan kemaluan, memakai kembali celana, lalu mencuci tangan.
- Consequence: berupa ‘hadiah’ sebagai reinforcer atau penguat perilaku. Tak mesti berupa barang, bisa juga berupa tepukan tangan, pelukan, atau sekadar pujian karena dia berhasil melakukan langkah-langkah dengan benar. Beri ia bantuan di bagian-bagian yang masih sulit dilakukan.
Buat lembar observasi
Lakukan hal ini untuk memudahkan Anda menemukan ritme atau pola buang air anak. Buatlah sedetail mungkin, misalnya pagi, siang dan malam, lalu jam berapa anak buang air. Ingat, setiap anak memiliki jadwal berbeda, Anda dapat berkonsultasi pada ahlinya jika menemukan kesulitan menemukan pola buang air anak, atau jika anak yang melakukan toilet training adalah anak berkebutuhan khusus.
Dibantu instruksi visual
Anak-anak usia prasekolah biasanya memang lebih tertarik pada gambar. Anda dapat membuat langkah-langkah buang air dalam bentuk gambar, lalu pasang atau tempelkan di tempat yang mudah dilihat anak. Jelaskan satu per satu padanya agar ia lebih memahami langkah-langkah tersebut serta apa saja instruksi yang Anda berikan. Sesuaikan dengan norma yang ada di dalam keluarga, serta kemampuan dan kebutuhan anak.
Yang paling penting dalam tip dan trik toilet training adalah konsistensi. Tanpa adanya konsistensi, proses akan berjalan lebih lama dan lebih rumit, bahkan bisa jadi anak mengalami kemunduran. Oleh karena itu, dibutuhkan kesabaran dan disiplin dari orang tua untuk menerapkan toilet training ini.
Materi:
Webinar AnakkuID “Behavior Talk (9): Toilet Training dengan Teknik Behavior, Sangat Membantu” tanggal 5 September 2020
Pembicara:
Vya Fiona A. Mawarni, S.Psi, M.Sc.
Agents of Behavior Change